Di awal kehidupannya, anak usia sekitar 18 bulan mulai mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pada masa kanak-kanak, kemampuan berpikir ini perlu dirangsang dan diasah agar dapat berkembang dengan pesat. Padahal untuk bisa berkembang membutuhkan medium dari luar. Lingkungan sangat berperan dalam merangsang perkembangan berpikir anak, antara lain melalui kegiatan bermain.
Bermain merupakan salah satu cara anak dalam mengekspresi kan dirinya. Melalui bermain, anakanak belajar banyak hal yang belum diketahuinya. Dengan kata lain, jika anak kurang memiliki kesempatan untuk bermain, pengetahuan dan proses belajar dari lingkungan juga menjadi terbatas.
Psikolog dan pengamat perilaku anak, dra Ratih Ibrahim MM Psi mengungkapkan, ciri anak-anak yang waktu dan kesempatan bermainnya kurang cukup dan memadai dapat diamati dari perilakunya sehari-hari. Misalkan, mau menang sendiri, tidak dapat menerima kekalahan dengan besar hati, sulit mengungkapkan perasaan dan ide-idenya. Ciri lainnya adalah lemah dalam aktivitas fisik, misalnya tidak kuat berlari selama dua menit tanpa kehabisan napas.
Ratih menegaskan, berbagai bangsa di dunia memanfaatkan permainan dan waktu bermain untuk membangun nilai-nilai kehidupan yang merupakan fondasi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka secara utuh.
Bermain dengan teman sebaya, di lingkungan terbuka yang alami, dengan menggunakan permainan yang layak sesuai tingkat usia, mampu melatih fisik dan mental anakanak sekaligus menjadi dasar utama bagi pengembangan kualitas moral, sosial, dan emosi mereka. Anak-anak belajar memahami nilai-nilai kehidupan melalui aktivitas bermain yang menyenangkan.
Kebiasaan bermain secara positif akan mengajarkan anakanak pengetahuan dan kemampuan berinteraksi dengan sesama dan penghargaan terhadap alam sekitar dan kebudayaan, yang tak ternilai harganya bagi pembentukan karakter sehingga kelak mereka akan menjadi warga masyarakat yang aktif dan bertanggung jawab.
"Untuk merangsang tumbuh kembang anak secara maksimal, anak perlu mendapat pengalaman berkualitas dengan teman sebaya yang menggembirakan dan menimbulkan rasa senang yang dapat mendorong mereka belajar mengenai kebiasaan dan nilai-nilai hidup sehat dan positif," ujar Ratih di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kondisi kota dengan segala aspeknya, yakni keterbatasan lahan bermain yang aman, pengaruh jenis-jenis permainan individu yang kurang layak bagi tingkat usia anak-anak, dan kurangnya keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak membuat anak-anak sering kali kehilangan kesempatan mengeksplorasi kemampuan fisik dan mental sosial secara seimbang.
Ratih mengingatkan, bermain sangat penting bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi dan kemampuan mereka secara penuh. "Tanpa kesempatan bermain yang memadai, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi dewasa yang tegang yang kurang memiliki kreativitas dan dorongan untuk maju," tandas dia.
Selain kebutuhan dasar, bermain juga merupakan hak setiap anak seperti tertuang dalam UU RI No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak dan dalam Konvensi PBB tentang hak anak yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.
Kurangnya lingkungan bermain yang aman, terlindungi dan merangsang tumbuh kembang anak sudah sepatutnya menjadi kepedulian para orangtua, masyarakat, pemerintah dan sektor swasta, yang mengemban tugas bersama untuk memenuhi kebutuhan anak-anak kita semua.
"Berdasarkan pengamatan, saya sangat prihatin dengan tatanan sosial dan fisik masyarakat kita yang menjadi salah satu faktor penghambat bagi anak-anak kita untuk dapat menikmati dan memetik manfaat dari kegiatan dasar yang sangat mereka butuhkan, yaitu bermain," ujar pemerhati masalah sosial sekaligus Ketua Yayasan Nurani Dunia, Imam Prasodjo.
"Melihat kondisi masyarakat urban sekarang ini, kita semua menempatkan anak-anak dalam lingkungan sosial yang tidak sehat, di mana kegiatan bermain yang memadai di lingkungan yang aman, yang merupakan kebutuhan dan hak dasar mereka, tidak dipandang sebagai prioritas," imbuhnya.
Menanggapi langkanya akses bermain publik bagi anak-anak, terutama kalangan bawah, maestro dongeng Kusumo Priyono, mengharapkan dibangunnya tempat bermain anak yang gratis untuk semua kalangan. "Sekarang ini yang berkembang hanya area bermain di mal, padahal mal itu hanya untuk orang yang punya duit," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengemukakan bahwa keberadaan tempat bermain anak di mal belum memadai. Hendaknya selain arena bermain dan penitipan anak, juga dilengkapi dengan sarana konsultasi. Jenis mainan yang tersedia juga boleh saja berbasis teknologi impor, tapi sebaiknya juga diselingi unsur lokal, misalkan permainan kuda-kudaan diganti desainnya dengan jaran kepang. Begitu pula dengan dekorasi ruangan yang melulu kartun Barat hendaknya dihias dengan batik atau wayang yang lucu-lucu misalnya.
"Aspek kenyamanan juga perlu diperhatikan. Jangan samakan tempat bermain anak kecil dengan orang dewasa. Kalau letaknya di mal, sebaiknya di lantai satu. Atau bisa juga dibuat area semacam taman untuk anak bermain petak umpet, lalu di situ disediakan dakon untuk dimainkan bersama. Tujuannya mengembalikan anakanak pada normatifnya sebagai bangsa Indonesia," tandasnya.