Prof. Surono Danu (Cuplikcom/Apip)
Cuplikcom - Indramayu - Persoalan dampak kebocoran minyak mentah dari pipa Pertamina EP Cemara pada beberapa waktu yang lalu akhirnya mendapatkan tanggapan serius dari praktisi pertanian.
Surono Danu, seorang praktisi pertanian yang memiliki banyak pengetahuan tentang tanaman pangan memberi jawaban ketika dimintai tanggapannya terkait dampak dari adanya kebocoran pipa Pertamina terhadap tanaman padi milik para petani.
Dalam sebuah perbincangan diareal sawah blok Klosod Desa Jangga, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Surono Danu banyak menceritakan tentang kekhawatiran adanya penurunan produktifitas padi petani akibat dari kontaminasi ceceran sisa minyak mentah dari kebocoran pipa Pertamina EP Cemara yang terlihat di irigasi. Selasa (30/7/2024)
Menurutnya, dampak kimiawi dari minyak mentah tersebut dapat mengakibatkan penurunan imun dari sebuah tanaman, dan pengaruhnya itu akan merusak hipa jaringan akar tanaman yang akhirnya dapat menurunkan tingkat produktifitas dari tanaman yang terkontaminasi itu.
"Mata saya melihat, tanpa kacamata lho yaa. Jadi tanpa kacamata saya bisa melihat bahwa ini akan menggangu kehidupan tumbuhan," kata Surono Danu sambil menunjuk ke arah irigasi yang terlihat mengapung bercak-bercak minyak diatas airnya
"Nah, masalah isi kimianya apa ?, tanyakan pada ahli kimia" sambungnya
Ketika praktisi pertanian ini ditanya soal kemungkinan penurunan hasil produksi yang mengakibatkan kerugian pendapatan petani, Surono Danu menjawab, bahwa kerugian pendapatan petani dihitung dari biaya usaha tani.
Dan dengan adanya kerugian pendapatan petani akibat dari kontaminasi air yang digunakan oleh petani pada tanamannya itu. Kemudian ini yang mengakibatkan penurunan dari hasil produktifitas padi yang ditanamnya, maka menurut pria kelahiran Cirebon ini, Pertamina EP Cemara harus bisa mengganti untung pendapatan petani.
"Harusnya ganti untung. menghitung hasil produksi yang lalu biasanya berapa, dan setelah (ada) kebocoran berapa ?, (Selisih itu) yang harus dibayarkan ke dulur petani, dengan waktu itu harga gabah basah berapa" ujarnya
Kemudian dipaparkan olehnya, bahwa setelah terjadi kontaminasi tanah persawahan dengan minyak mentah maka perlu dilakukan pembenahan tanah. Dan ia pun memberikan saran dengan dua cara perbaikan kesuburan tanah tersebut.
"Satu pembenahan tanah, bisa dengan kaptan, bisa dengan zeolit. Dua kapur dan zeolit dengan batuannya" terang Surono
"Yang lebih cepat (pembenahan tanah) dengan zeolit yang lebih mahal" sambungnya
Ditambahkan pula olehnya, bahwa mengenai pembenahan tanah itu harus dilakukan setelah panen masa tanam kedua ini. Dan penggunaan zeolit itu sendiri menghabiskan zeolit 4 ton per hektare, begitupun dengan kapur sama 4 ton per hektare.
Sementara, kebingunan petani tampak terlihat dari salah seorang petani yang mengelola sawahnya dengan menggunakan air yang terkontaminasi minyak mentah bocoran dari pipa Pertamina EP Cemara.
Dalam lahan persemaiannya yang berukuran sekitar 50 m² itu, tampak persemaian padinya kerdil dan layu. Petani itu mengatakan bahwa sudah menghabiskan modal lumayan besar menurut dia sebagai petani kecil yang lahan sawah garapannya hasil sewa dari orang lain.
"Waktu kejadian kebocoran pipa itu umur semaiannya 3/4 bulan, sudah akan tanam" ungkap Tarso petani blok sawah klosod dengan dialek bahasa Indramayu
"Saya gak ngarti air begitu, air begitu. Saya juga gak ngerti tanaman saya jadi layu, tadinya sih segar" ungkap pria 63 tahun ini
Dalam penyampaiannya, Tarso mengaku belum pernah ada pihak yang mendata sawahnya atau orang yang mewawancarai dirinya selain tim media dari Forum Jurnalis Losarang (FJL) yang datang.
Dengan melihat kondisi air yang masih tampak terlihat bercak minyak diatasnya, dan belum ada para pihak yang menyisir wilayah pertanian dari dampak minyak mentah, maka hal ini akan ada kerugian yang tidak terdata pada para petani yang ada disekitar areal kebocoran pipa Pertamina EP Cemara, dan diduga bisa akan ada kerusakan kesuburan tanah akibat dari pompanisasi petani mengairi sawahnya menggunakan air dari irigasi yang terkontaminasi minyak mentah sebelumnya.
Mengutip perbincangan sore dengan Surono Danu, bahwa musibah kebocoran pipa Pertamina EP Cemara ini harus menjadi tanggung jawab besar karena telah mengganggu lingkungan hidup, apalagi mencemari areal sawah sebagai ladang usaha penyediaan pangan.
Pangan adalah soal hidup dan matinya suatu bangsa.