Aksi berlangsung sepanjang Jumat (1/5) ini, tak peduli terik matahari yang menyengat ataupun debu yang menerpa wajah. Para buruh terus menyuarakan aspirasi mereka sejak dari Bundaran Hotel Indonesia, Istana Negara, hingga Gedung DPR, Jakarta. Inti dari tuntutan mereka sebenarnya satu, yaitu perbaikan nasib para buruh.
Mereka pun menyoroti para kandidat calon pemimpin bangsa yang belakangan ini marak melakukan manuver politik untuk mencapai kursi kepresidenan. Menurut mereka, sampai saat ini belum ada calon pemimpin yang benar-benar memikirkan nasib para buruh.
"Sampai sekarang saya belum melihat sosok yang benar-benar melindungi hak-hak buruh. Semua hanya janji-janji," ujar Randi (35), seorang buruh yang bekerja di kawasan Tangerang.
Menurutnya, calon presiden dan wakil presiden saat ini hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan kekuasaan dan menggunakan segala cara untuk meraih kekuasan itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Tata Salam (37). Karyawan PT Medbelosa ini belum menentukan pilihan siapa yang akan ia pilih pada pemilu presiden mendatang. "Belum ada yang dapat menarik perhatian saya. Saya masih perlu mempelajari lagi calon-calon yang ada," ujar dia.
Menurutnya, selama menjabat sebagai presiden, SBY sudah melakukan beberapa kebijakan yang ia nilai berpihak kepada rakyat. Namun, ia belum merasakan ada kebijakan yang benar-benar proburuh.
Yanti (32), seorang pekerja dari PT Alvin Internasional, juga berpendapat yang sama. "Belum, belum ada calon yang saya rasa akan memperjuangkan hak para buruh," kata wanita berjilbab ini.
Ia mengharapkan presiden terpilih nantinya akan menaikkan upah minimum yang ada saat ini. Menurut Yanti, upah minimum yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhannya saat ini.