Jum'at, 10 Januari 2025
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Materi artikel berikut beranjak dari obrolan Habib Ja'far di Close The Door bersama Boris yang dipandu oleh Dedy Corbuzier sekaligus pemilik podcast dengan yang diunggah pada 07/01/2025 mengangkat tema melanjutkan kampanye toleransi beragama pada Ramadhan mendatang. Bersamaan dengan rencana pengisi acara yang biasa ditemani Onadia atau Onad akan ditambah dengan kehadiran Boris untuk menjaga kualitas berikut meningkatkan kualitas acara tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Habib Ja'far selaku pengisi acara yang dikenal dengan istilah yang kian familiar dengan istilah Log In memandang suasana toleransi antar umat beragama telah baik, namun perlu terus ditingkatkan lagi. Selain itu, perbedaan yang terdapat dalam masing-masing agama baik Kristen, Islam dan lain sebagainya yang kadang masih menjadi persoalan juga menjadi tantangan.
Namun demikian, semangat toleran yang giat dikampanyekan tersebut baik dalam bentuk game atau perlombaan maupun diskusi atau obrolan santai butuh untuk dinyatakan sebagaimana yang diwanti-wanti oleh Boris terkait yaitu misi. Kalau mau jujur, misi yang keliru baik pada fondasi, konstruk berupa konsep secara utuh maupun langkah yang ditempuh bisa berpengaruh pada integritas keimanan setiap orang.
Waspada Zindiq dan sikap Munafiq atau hipokrit
Konsekuensi sikap zindiq dan hiprokit sejatinya tidak hanya dalam beribadah namun juga muamalah dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk hubungan antar pemeluk agama, toleransi yang kemudian dalam rancangan ke depan berupa kolaborasi sesungguhnya membawa konsekuensi berbentuk tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana satu poin yang sempat disinggung dalam kesempatan perbincangan di atas, persoalan-persoalan seperti sanksi dan hukum juga juga perlu untuk diperhatikan agar intoleransi yang diusung tersebut bukan hanya membawa kampanye namun juga berbuah keberkahan. Keberkahan tersebut maksudnya tidak hanya sekedar pada ranah keharmonisan yang sungguh antar umat beragama, namun juga membangun kesadaran untuk menjalankan perintah agama yang tentunya membawa kebaikan.
Maka kampanye toleran tidak menjadi melenakan pemeluk agama, misalnya dengan langkah-langkah tersebut ada yang beranggapan kefleksibelan dalam menjalankan perintah agama sampai-sampai terjeremus pada anggapan remeh terhadap ajaran yang terdapat di dalamnya.
Jangan juga kampanye toleran berikut kolaborasi antar pemeluk menjadikan ajang untuk menumbuhkembangkan sikap hipokrit. Agama menjadi dalih. Maka penting untuk selain mengkampanyekan toleransi berikut berbagai bentuk variannya adalah penanaman ilmu keagamaan berikut penerapannya.
Sekali lagi, integritas keimanan setiap orang juga perlu dijaga. Jangan sampai niat atau misi mulia seperti yang terdapat dalam semangat toleransi dan kolaborasi antar umat beragama justru menciderai keimanan. Dengan demikian, langkah toleransi akan membawa keberkahan bukan hanya bagi individu namun juga dalam konteks kehidupan bersama dalam kebaikan dan kebenaran.
Berikutnya adalah Akhlak, poin yang juga sempat disentil oleh Habib Ja'far sendiri tatkala membicarakan kepribadian Onad, juga penting untuk dijaga dan tidak dilupakan sebagai bagian dari kebaikan. Secara lebih umum, akhlak berupa perilaku dalam memperlakukan sesama manusia dan terutama Akhlak terhadap Tuhan.
Toleransi dan Kolaborasi
Toleransi atau sikap menghargai perbedaan sesungguhnya merupakan bagian dari ajaran agama dalam memperlakukan orang lain yang berbeda atau di luar kelompok agamanya. Adapun kolaborasi merupakan bentuk lanjutannya berupa kerja sama antar umat beragama yang berbeda. Atas dasar rasa menghargai dan sikap yang merupakan bentuk dari dinamika perlombaan dalam kebaikan menjadi dasar dan bangunannya. Namun bentuk utuhnya adalah sikap mendahulukan atau mengutamakan yang lain sebagai puncak dari bentuk utuh dalam menjalin hubungan antar umat beragama yang sering disebut pluralisme beragama.
Sebab ditenggarai produk luar agama atau pemikiran sekuler, meskipun sejauh ini secara konsep memiliki peran dalam menetrarisir bahkan meredam potensi dan konflik yang ada, pluralisme baik dasar atau fondasi, argumentasi berikut sikap yang dilahirkan dari konsep tersebut sering kali ditentang dan pegiatnya seringkali diserang sedemikian rupa. Namun usaha kehati-hatian dan kesungguhan di atas keteguhan tekad bukan tidak mungkin terwujud secara sesungguhnya yang terkonfirmasi oleh agama itu sendiri.
Ulama menjadi dalang yang dapat dipercaya dalam menjalankan proyek dari kampanye tersebut. Latar belakang dan wawasan serta pergaulan yang kuat dengan nuansa agama memungkinkan kepercayaan tersebut dibangun atas dasar kemurnian misi, yaitu persatuan.
Sosok yang dicintai dan memiliki akhlak menjadi reprentasi ideal dalam mengayomi umatnya yang berbeda-beda atau majemuk tersebut khususnya dalam membangun hubungan antar agama. Bukan tidak mungkin, demikian usaha memuliakan dengan tidak menghinakan diri sendiri dan orang lain maupun agama-tersebut memungkinkan terciptanya kenyataan dalam totalitasnya.
