Adat Mapag Sri desa Parean Girang (Cuplikcom/ist)
Cuplikcom - Indramayu - Pemerintah Desa (Pemdes) Parean Girang Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat melaksanakan adat desa Mapag Sri 2025.
Acara yang digelar di halaman depan Balai Desa Parean Girang tersebut dihadiri Kuwu Desa Parean Girang, H. Tarsiman, S.H beserta Perangkat Desa Parean, Lembaga Desa Parean Girang, Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Kandanghaur, Koramil 1616/Kandanghaur, Polsek Kandanghaur, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dan warga masyarakat Desa Parean Girang.
Warga yang sudah berkumpul dengan membawa tumpeng beserta lauk pauk di tempatkan di satu area acara yakni di halaman depan Balai Desa Parean Girang yang kemudian acara dimulai dengan melakukan doa bersama-sama dan dilanjut dengan makan bersama. Selanjutnya, pagelaran wayang kulit Langen Budaya mengisi acara untuk menghibur warga masyarakat Desa Parean Girang, pentas pada Siang dan dilanjutkan pada Malam harinya.
Kuwu Desa Parean Giranga, H. Tarsiman, S.H saat dikonfirmasi pada Senin (14/4/2025) sekira 11.14 WIB di lokasi acara mengatakan adanya adat desa Mapag Sri di Desa Parean Girang tujuannya agar Pemerintah Desa Parean Girang beserta warga masyarakat terjalin silaturahmi dan kekeluargaan dengan rasa kebersamaan.
"Dengan dilaksanakannya adat desa Mapag Sri ini, sudah termasuk mengupayakan pelestarian adat budaya," kata H. Tarsiman, S.H.
Dikatakannya, Mapag Sri yang setiap tahun rutin dilaksanakan ini merupakan kegiatan rutinitas ketika akan memasuki pesta panen dengan masyarakat Desa Parean Girang dan berharap supaya panennya melimpah.
Menurutnya, adanya adat desa Mapag Sri ini suatu bentuk ungkapan rasa syukur para petani kepada Allah SWT, supaya hasil panennya melimpah, selalu diberikan kesehatan, diberikan banyak rejeki dan panjang umur. Pada intinya berdoa bersama kepada Allah SWT.
"Kalau di Pemerintahan Desa Parean Girang itu mengikuti pemerintahan dahulu. Kalau setiap tahun diadakan Mapag Sri ketika mau memasuki pesta panen dengan hiburan wayang kulit Langen Budaya," jelasnya.
Seharusnya, lanjut H. Tarsiman, S.H, setiap tahun rutin dilaksanakan adat desa Mapag Sri. Karena kemarin itu terjeda adanya Covid-19, jadi tidak ada kegiatan. Di tahun 2018 dan 2019 itu ada Mapag Sri. Di tahun 2020 sampai 2024 itu tidak ada Mapag Sri. Di tahun 2025 ini Alhamdulillah ada Mapag Sri.
Ia menjelaskan, anggaran adat desa Mapag Sri bersumber dari Anggaran Dana Desa (ADD) senilai Rp.50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah). Dari 50 juta rupiah di potong pajak 12,5 persen, sisa ada Rp.43.250.000. Ditambah dengan proposal ke masyarakat untuk partisipasi dan itu seikhlasnya, itu pun berdasarkan musyawarah persetujuan dari masyarakat. Bukan Pemerintah Desa memungut tapi itu persetujuan dari musyawarah masyarakat. Kalau masyarakat di pungut seikhlasnya, sehingga masyarakat memiliki dan kebersamaannya itu ada.
"Kalau tidak dianggarkan dari ADD gak kuat untuk biaya pelaksanaan adat desa Mapag Sri," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pada pelaksanaan adat desa Mapag Sri yang rutin setiap tahunnya dilaksanakan tersebut, sebagai hiburan warga masyarakat Desa Parean Girang mendatangkan wayang kulit Langen Budaya dari Lohbener, Indramayu.
"Kalau Saya setiap tahunnya wayang kulit Langen Budaya dengan dalang H. Rusdi. InsyaAllah, tahun depan kalau Allah SWT mengijinkan dan masyarakat masih mempercayai Saya selaku Kuwu Desa Parean Girang, ya mudah-mudahan adat budaya ini terus dilestarikan dan InsyaAllah akan ditingkatkan," kata H. Tarsiman, S.H.
Ia mengatakan bahwa di Desa Parean Girang adat desa yang ada hanya Mapag Sri dan Baritan.
"Di Desa Parean Girang hanya ada kegiatan adat desa Mapag Sri dan Baritan. Adat desa Sedekah Bumi itu ada tapi Baritan. Dari 9 (Sembilan) RW itu ada adat Baritan yang dilaksanakan secara serentak bersamaan belum disatukan acaranya di Desa. Adat desa Mapag Tamba dan Munjung disini tidak ada. Kita mengikuti yang terdahulu saja," pungkasnya.