BEM UNY GELAR AKSI KRITISI UNAS; Tak Lulus, Ikuti Ujian Kesetaraan

Cuplik.Com - YOGYA - Selama pelaksanaan Unas SMP di Kota Yogyakarta - terlepas dari adanya indikasi kecurangan di sebuah SMP swasta di kota - berlangsung relatif lancar. Namun demikian Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mencatat bahwa jumlah peserta yang tidak mengikuti Unas tahun ini cukup banyak. Dari 7.764 peserta Unas SMP, terdapat 34 siswa yang tidak ikut Unas SMP. Terbanyak karena sakit, ada yang terkena tipus, demam berdarah serta kecelakaan. "Tetapi yang memprihatinkan, ada 2 siswa yang mengundurkan diri tanpa memberikan keterangan. Kalau memberikan alasan jelas, kan sebenarnya bisa ikut dalam Ujian Kesetaraan Paket B, sehingga bisa tetap meneruskan sekolah. Kalau tidak memberi keterangan, kami juga bingung harus bagaimana," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogya Syamsury di ruang kerjanya, Jumat (1/5).

Dikatakan, bagi yang tidak lulus Unas SMP, dapat mengikuti Ujian Kesetaraan Paket B yang akan dilaksanakan pada 1-3 Juli mendatang. Sedangkan bagi yang saat ini belum bisa mengikuti Unas SMP, bisa ikut dalam ujian susulan yang digelar di tiap sub rayon pada Senin (4/5). Terdapat 5 sub rayon di kota, yaitu SMPN 5, SMPN 7, SMPN 2, SMPN 9 serta SMPN 8.
Ditambahkan, demikian pula bagi yang tak lulus SMA, nantinya masih dapat mengikuti Ujian Kesetaraan Paket C yang digelar pada 23-26 Juni mendatang. Sedangkan untuk yang tak lulus SD, dapat bergabung di Ujian Kesetaraan Paket A pada 1-3 Juli nanti.
"Silakan untuk mendaftar di masing-masing Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang ada di 14 kecamatan," ujar Syamsury.

Sementara itu, sebagai wujud keprihatinan terhadap kontroversi ujian nasional (Unas) sebagai sistem evaluasi berbasis nasional yang dianggap merugikan peserta didik. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (BEM UNY) sebagai Koordinator Pendidikan BEM seluruh Indonesia menggelar aksi simbolik sambil membawa spanduk yang bertuliskan 'UN = Tiang Gantung Bagi Pendidikan Nasional di halaman Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, Jumat (1/5).

Dalam aksi itu koordinator lapangan Alvian Ramadhani menyerahkan seutas tali gantungan pada Kabid Bina Program Drs K Baskara Aji selaku wakil dari Dikpora DIY.
Menurut Alvian, kontroversi Unas sebagai sistem evaluasi pendidikan sampai saat ini belum menentukan titik temu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki otonomi tingkat satuan pendidikan tidak sinkron dengan Unas sebagai sistem evaluasi berbasis nasional. "Unas ibarat tiang gantungan yang menahan laju pendidikan nasional. Bagaimana mungkin bisa mengedepankan otonomi ketika sistem evaluasinya tetap berbasis nasional dan tidak mengindahkan otonomi sekolah," terangnya.

Dalam kesempatan itu Baskara Aji menyatakan, pada prinsipnya Dikpora DIY terbuka terhadap adanya kritik dan saran terhadap pelaksanaan Unas. Saran tersebut bisa disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis. Masukan tersebut akan dijadikan bahan evaluasi agar pelaksanaan Unas di tahun mendatang bisa lebih baik.
"Secara umum pelaksanaan Unas SMA dan SMP di DIY cukup lancar tapi untuk hasil kami belum tahu. Kendati demikian, jika ada masyarakat yang ingin memberikan masukan dengan senang hati kami terima," jelas Aji.