Waktu makan bisa menjadi momen yang paling ditunggu setiap orang. Apalagi kalau acara bersantap dilangsungkan bersama-sama. Selain dapat mengakrabkan hubungan, makan bersama juga lebih nikmat dibandingkan makan sendiri sendiri. Tidaklah mengherankan jika waktu makan menjadi sangat "sakral". Seperti di Inggris, cara makan harus sesuai dengan table manner. Jika tidak, Anda akan dicap sebagai orang yang kurang tahu sopan santun.
Berbeda dengan di Mesir. Ungkapan tamu adalah raja sangat dianut masyarakat di sana. Acara makan bersama di negara tersebut akan terasa lama karena hidangan dikeluarkan secara bertahap. Mulai makanan ringan sebagai pembuka hingga hidangan penutup, yang bisa menyajikan enam jenis menu atau bahkan lebih.
Walaupun prosesi makan di setiap kawasan berbeda-beda, hidangan utama ala Eropa rata-rata hampir sama. Banyak hidangan bisa disajikan, mulai abalone (kerang), udang, hingga risotto khas Italia. "Hidangan utama ala Eropa biasanya hampir sama. Rata-rata menggunakan saus, daging sapi, atau aneka bahan baku dari laut," kata chef spesialis menu Eropa, Wijaya Gunawan.
Hidangan utama bergaya Eropa, menurut Gunawan, biasanya juga disesuaikan dengan tema dan acara yang akan dilangsungkan. Pada perayaan tahun baru, misalnya, menu-menu yang dibuat umumnya sangat spesial. Misalnya abalone dikombinasikan dengan hati bebek atau udang. "Semakin istimewa sebuah hari, biasanya hidangan juga semakin istimewa. Jadi, menu utama ala Eropa disesuaikan dengan hari dan musim," kata chef berkacamata tersebut.
Menu utama ala Eropa yang paling digemari, menurut Gunawan, adalah yang menggunakan saus, pasta, ataupun bahan-bahan seperti daging asap dan kentang. Selain itu, menu utama ala Eropa biasanya juga disajikan dengan segelas champagne atau wine. "Jenis hidangan utama lain yang tidak kalah menarik adalah daging kalkun. Daging kalkun biasanya disantap pada perayaan paskah," ucap Gunawan.
Memasak hidangan bergaya Eropa, kata chef yang pernah bekerja tiga tahun di Jerman tersebut, lebih mudah dibandingkan meracik bumbu untuk hidangan tradisional Indonesia ataupun menu bergaya Oriental. "Hidangan Indonesia, apalagi yang tradisional, sangat banyak bermain bumbu. Kurang hati-hati, masakan bisa berubah rasa dan tidak otentik. Sementara hidangan Eropa bumbunya tidak terlalu rumit," kata Gunawan.
Untuk mampu membuat hidangan utama bergaya Eropa, dibutuhkan latihan serta praktik bertahun-tahun. "Untuk mendapatkan rasa, seorang chef harus sering-sering membandingkan hidangan yang dibuatnya dengan hidangan sejenis yang dibuat chef lain," katanya lagi.