Berbekal penghargaan "Coup de Couer" dari perancang ternama dunia Emanuel Ungaro untuk karya akhirnya pada graduasi kelulusan di sekolah mode ESMOD, Paris pada 2006 lalu dan sederet kiprahnya dalam merancang busana acara-acara bergengsi di Tanah Air, Mel, panggilan akrabnya, menggelar peragaan perdana.
Mel menyebut kreasinya sebagai nouvelle couture atau ?gaya adi busana bernuansa baru'. Dia menggunakan volume, struktur, dan konstruksi baru pada pola, teknik, dan gaya rancangannya. Lewat cara itu, wanita berusia 28 tahun ini mengedepankan keindahan yang inspiratif bagi dunia mode, juga sebagai ciri khas karyanya.
"Nouvelle couture menurut definisi saya, yang ringan dan easy listening versi fashion, baik dilihat dari material maupun detilnya," tuturnya saat menggelar konferensi pers "EarthVOLUTION; A Nouvelle Couture Show 2009" di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa (5/5/2009) malam.
Konsep nouvelle couture diungkapnya dalam koleksi bertema EarthVOLUTION. Penikmat mode dibawa masuk pada sebuah perjalanan evolusi kehidupan di bumi. Perjalanan disajikan lewat 35 rancangan ekslusif yang dibagi dalam empat babak dan diakhiri sebuah gaun penutup. Setiap babak adalah metamorfosa volume pakaian dari masa ke masa.
"Tiap babak punya benang merah pada konstruksi, cara pembuatan, dan cara saya mempermainkan volume tubuh manusia yang tidak normal atau keluar dari pakem," kata lulusan ESMOD Jakarta dan Paris yang memang sejak awal sekolah mode sudah mengarahkan polanya pada bentuk tersebut.
Babak pertama, ice era; dimulai dari pakaian bervolume gaya zaman Barok, beralih ke rancangan longgar tahun 1920an sampai siluet pakaian masa kini. Hadir warna-warna bening dan dingin di atas bahan polos dengan detil bunga kain.
Babak kedua, earth begins; digambarkan bumi mulai menampakkan kehidupannya yang dipantulkan lewat nuansa warna tanah sampai merah jambu lembut. Karya banyak mengarah pada gaun pendek bervolume dan berstruktur tegas dengan detil lipit, lipat, dan draperi.
Babak ketiga, twister; bencana mulai melanda planet. Terpancar dari pilihan warna gradasi cokelat sampai hitam. Gaun dirancang diskontruktif di atas bahan linen kasar seperti karung. Detil lipit dan draperi menjadi daya tarik koleksi yang dipola tidak lazim.
Babak keempat, mutant; bumi bertransformasi mencari keindahan baru. Gaun bustier tulang yang dideformasi (perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik) menjadi keunggulan babak ini, seperti pinggul yang digeser ke depan atau ke samping, gaun yang dari depan seolah tampak dari belakang, sampai bustier yang menghadap samping. Babak ini sendiri merupakan babak favorit Mel karena mewakili karakter pribadinya.
Babak kelima, fallen angel sebagai simbol harapan bumi kembali hijau. Tampil sebuah gaun pendek putih bervolume sebagai penutup, seperti gaya pakaian yang membuka peragaan.
Ketika bumi lahir, alam memberikan keindahannya. Di saat manusia hadir, alam lalu dirusaknya. Pada waktu kita peduli, bumi kembali menampakkan kecantikannya. Demikian Mel mempersembahkan pesan itu lewat koleksinya yang dibanderol harga mulai Rp4 Juta.
"Inspirasi saya datang dari segala hal yang terjadi atau ramai dibicarakan orang. Saya sangat menikmati tiap detik proses pembuatan karya ini. Se-fun hidup ini. Semakin sulit dibuat, saya semakin senang membuatnya," tukas Mel yang berniat go international pada 2011 ini.
Beberapa bahan yang digunakan 4 dari 5 bersaudara ini untuk mengolah karyanya adalah linen, silk, chiffon, katun, tile, dan lace dari kain organik dan bahan celup. Menurutnya, serat alami memang berharga lebih mahal, tetapi punya keunggulan mudah di-treat saat pengerjaan maupun saat dikenakan. Penggunaan bahan impor 40 persen sedangkan lokal 60 persen.
"Saya ingin berbagi dengan segala yang saya rasakan dan kemampuan yang saya miliki dalam fashion. Pagelaran ini tidak saya maksudkan untuk membuat suatu statement. Simpel saja. Tapi, kalau nanti, misalnya, karya saya bisa dijadikan icon statement, saya sangat bersyukur," harapnya yang butuh 3-4 bulan untuk persiapan pagelaran ini dibantu 17 karyawan.