Akhir pekan lalu, serangan udara yang diduga dilakukan serdadu AS menewaskan puluhan warga sipil. Menurut catatan, sekira 100 orang meregang nyawa, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Menurut saksi mata, warga sipil itu berlindung dari pertempuran antara militan Taliban dan pasukan gabungan Afghanistan dan internasional.
Jika hal tersebut benar adanya, maka itu akan menjadi jumlah korban terbesar dalam sekali serangan, semenjak Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada 2001. Demikian dikutip dari Aljazeera, Kamis (7/5/2009).
Rohul Amin, gubernur provinsi Farah di mana peristiwa terjadi mengatakan, sebanyak 100 warga sipil terbunuh di distrik Bala Baluk di provinsi tersebut, yang berjarak sekira 600 kilometer dari ibu kota Kabul. Amin mengatakan para pejuang Taliban memanfaatkan rumah-rumah warga untuk berlindung dari serangan pasukan AS saat operasi digelar.
Militer AS hingga kini masih menginvestigasi peristiwa yang terjadi pada Senin 4 Mei lalu itu. Namun komandan AS dan pasukan Pakta Atlantik Utara (NATO) mengatakan sejauh ini belum jelas apakah tewasnya warga sipil itu disebabkan serangan militer AS.
Jenderal David McKiernan mengatakan kedatangan pasukan AS ke tempat itu adalah untuk membantu warga sipil yang selama ini diserang Taliban. "Kami memiliki informasi lain yang jelas dan membuat kami mengambil kesimpulan berbeda mengenai penyebab tewasnya warga sipil," kata McKiernan.
Namun demikian, penasihat keamanan nasional Gedung Putih, James Jones mengatakan, Obama yang menggelar pertemuan dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Washington mengungkapkan simpatinya yang mendalam dan rasa penyesalan atas tewasnya orang-orang tak bersalah.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan, Washington menyatakan penyesalan mendalam atas tewasnya warga sipi. Menurut Clinton, insiden yang menewaskan 100 orang itu sangat menyakitkan.