Alfi Wijaya, Kepala Divisi Penelitian dan Manajemen Proyek Karim Business Consulting (KBC) mengatakan dengan penurunan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25% kenaikan NPF di perbankan syariah diperkirakan mencapai puncaknya pada April lalu. Tapi, begitu masuk semester II 2009, Juli atau Agustus, NPF akan menurun.
Pasalnya, time lag penurunan BI rate dan pengaruhnya terhadap suku bunga perbankan mencapai 2-3 bulan. Akibatnya, NPF di bank syariah pun akan turun. "Karena pada saat yang sama bunga LPS, bunga dana pihak ketiga, dan margin pembiayaan berpeluang turun juga," katanya kepada INILAH.COM di Jakarta, kemarin.
Rasio pembiayaan bermasalah (NPF) perbankan syariah selama kuartal I-2009 mencapai 5,14 % dan melampaui batas maksimal yang ditentukan Bank Indonesia (BI) sebesar 5%. Peningkatan ini dipicu oleh stagnasi pembiayaan perbankan syariah.
Statistik perbankan syariah yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) per Maret 2009 NPF mencapai 5,14 % dengan total pembiayaan Rp 39,309 triliun. Dari total pembiayaan tersebut katagori lancar Rp 37,289 triliun dan non-lancar Rp 2,019 triliun. Bandingkan dengan akhir Desember 2008 dimana NPF hanya 4,12% dari total pembiayaan Rp 37,681 triliun dengan katagori lancar Rp 36,686 triliun dan non-lancar Rp 1,509 triliun.
Sedangkan jika dibandingkan secara tahunan (year on year) per Maret 2008 NPF mencapai 4,05 % dari total pembiayaan Rp 29,629 triliun dengan komposisi lancar Rp 28,393 triliun dan non-lancar Rp 1,237 triliun.
Kenaikan NPF yang mencapai 5,14% pada Maret 2009 menurut Alfi merupakan dampak ikutan dari situasi krisis ekonomi baik nasional maupun global. Pada semester II 2008 lalu bank syariah diterpa BI rate yang pada semester II mencapai puncaknya. Akibatnya, perbankan meningkatkan tingkat suku bunganya.
Dengan meningkatnya suku bunga di bank konvesional membuat debitur yang mengajukan pembiayaan ke bank syariah mengalami kesulitan. "Ini yang membuat kredit yang bermasalah juga meningkat," paparnya.
Debitur, lanjut Alfi mengalami gangguan dengan turunnya permintaan. "Jadi di satu sisi bisnisnya melambat, sehingga kemampuan bayarnya menurun, dan di sisi lain bank-bank syariah menetapkan tingkat imbal hasil yang masih cukup tinggi," tuturnya.
Implikasi dari semua itu, baru dirasakan perbankan syariah pada semester I 2009. Pada saat yang sama, bank-bank syariah menahan ekspansi pembiayaannya karena memang sedang wait and see terhadap kondisi krisis. "Karena dia menahan ekspansi pembiayaannya agar NPF bisa dikendalikan," ucapnya.
Saat ini, pelaku usaha masih wait and see menjelang pemilu namun pada semester II 2009 kejelasan siapa pemimpin negeri ini sudah diketahui. Alfi sendiri yakin pemilu tahun ini akan berjalan dengan aman. Sehingga meningkatkan konfidensi perbankan baik syariah maupun konvensional untuk menurunkan suku bunga. "Di sisi lain, dampak krisis pada saat itu sudah tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.
Hingga akhir kuartal II 2009, Alfi memprediksi NPF bank Syariah masih tetap tinggi. Namun angkanya diperkirakan akan berada pada kisaran 4% pada Mei-Juni. Namun, meski tinggi, tren NPF pada Mei-Juni sudah turun dari NPF normal bank syariah yang hanya 2-3%.
Pada semester II, NPF akan kembali ke 3%. Trend penurunan ini terjadi karena ekspansi sudah mulai dilakukan oleh perbankan syariah. "Sedangkan NPF 5% saat ini merupakan level hati-hati," ujarnya.
Namun demikian jika kenaikan NPF akibat resesi, hal itu menurutnya merupakan siklus biasa. Namun, jika kenaikan NPF akibat kesalahan masuk segment bisnis, itu akan membuat bank syariah kerepotan. "Apalagi kalau masalah sistem dan moral. Itu juga bisa menimbulkan NPF," paparnya.
Tapi, Alfi menilai angka 5,14% merupakan akibat persoalan krisis ekonomi saat ini dan ada sedikit bisnis yang ditangani yang bermasalah. Dengan NPF di atas 5%, lanjutnya, kebijakan bank Indonesia menurunkan BI rate sudah tepat. Penurunan BI rate akan memacu ekspansi pembiayaan dan seiring dengan itu menurunkan harga pembiayaan.
Sedangkan dari sisi individual bank, bank syariah harus selektif terhadap segmen pasar yang dituju. "Jadi harus selektif, profitable dan aman yang prudent bagi bank-nya. Sehingga dengan ekspansinya itu, sekaligus juga angka NPF-nya terkelola," pungkasnya.