Demikian pandangan pimpinan salah satu lembaga pelatihan yang ditunjuk pemerintah Jepang di Tokyo, berkaitan dengan kedatangan ratusan perawat asal Filipina ke Jepang, Minggu (10/5).
Manajer Humas AOTS (The Associaton for Overseas Technical Scholarship) Hideaki Otani mengatakan, kebutuhan yang mendesak akan tenaga perawat kemudian masuk dalam pola kerjasama strategis berbentuk EPA.
AOTS merupakan salah satu lembaga pelatihan yang ditunjuk pemerintah Jepang untuk memberikan pelatihan bahasa dan budaya Jepang selama enam bulan melatih kepada para perawat asing, termasuk ratusan perawat asal Indonesia.
"Dengan semakin banyaknya penduduk yang berusia lanjut, maka semakin banyak juga dibutuhkan tenaga perawat asing, karena tenaga perawat Jepang sudah semakin berkurang," kata Otani lagi.
Untuk kedua kalinya Jepang merima kedatangan ratusan perawat asing di bawah payung kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA), menyusul kedatangan 195 perawat dan caregivers asal Filipina di Bandara Narita.
Mereka tiba di bandara Narita dengan menumpang pesawat Japan Airlines (JAL). Kedatangan mereka disambut puluhan wartawan Jepang serta sejumlah pimpinan lembaga pelatihan yang akan memberikan training kepada pekerja profesional asal Filipina tersebut.
Sebelumnya perawat Indonesia tiba di Jepang Agustus 2008 sebanyak 208 orang. Program mendatangkan perawat ke Jepang merupakan salah satu kesepakatan dalam kerjasama ekonomi strategis EPA yang diharapkan menguntungkan Jepang dan negara mitranya.
Saat ini kaum lanjut usia (di atas 65 tahun) Jepang diperkirakan mencapai 25 persen dari total populasi yang berjumlah 127,5 juta jiwa. Situasi ini menjungkirbalikkan struktur penduduk Jepang bagai piramida terbalik, di mana kaum usia lanjut berada di posisi teratas.
Kelompok usia anak-anak, dan kelompok pekerja juga semakin jauh berkurang, sehingga tidak banyak lagi yang mengurusi orangtuanya. Keadaan ini memberatkan anggaran negara karena pemasukan dan tenaga produktif juga semakin turun.