Acara dimulai pukul 19.30 WIB. Sebagai pembuka, Ireng Maulana & Friends menggebrak dengan mengajak penonton bertepuk tangan seirama dengan musik. Walau umur mereka terbilang sudah tidak muda lagi namun tidak mengurangi decak kagum sekitar 5000-an penonton yang memadati arena konser. Irama saxophone Didiek SSS mengalun indah disertai betotan bass 'crunchy' dari Yance Manusama dan petikan gitar yang lembut ala Ireng Maulana.
Kolaborasi dua generasi berbeda antara Ireng Maulana & Friends bersama Andien dan Marcell memberikan nuansa segar. Menyanyikan lagu 'Gemintang' dan 'Milikmu Selalu', Andien mampu membuat penonton benyanyi bersama. Marcell menyusul kemudian dengan lagunya 'Semusim dan 'Candu Asmara'. Suami Rima Melati Adams itu bergoyang bersama penonton barisan depan yang berisi dosen dan rektor UGM. Tony Prasetiantono selaku dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang menjadi Ketua dan Produser Eksekutif acara ini pun tak sungkan untuk bergoyang.
Acara berlanjut dengan penampilan dari violis cantik, Maylaffayza. Aksi panggung dari Fayza memang sangat ditunggu-tunggu kebanyakan penonton yang berusia muda. Violis yang bermian biola semenjak umur 9 tahun ini begitu meresapi setiap dawai biola yang ia gesekkan. Bahkan, fotografer dilarang mengambil gambar dari depan panggung. Menurutnya itu bisa mengganggu meditasi dalam aksi panggung. Tak hanya piawai bermain biola, suara Fayza yang khas membuat penampilannya sempurna.
"Saya sangat senang bisa hadir di sini sekarang, terima kasih kepada kalian semua yang sudah datang dan panitia yang bekerja keras sehingga acara yang amat bagus ini berjalan sukses" ujar Fayza dari atas panggung.
Fase terakhir dari festival Jazz UGM yang ke-11 ini adalah aksi luar biasa Balawan & Batuan Ethnic Fusion. Balawan menghadirkan sebuah kolaborasi musik tradisional yang dimainkan Batuan Ethnic Fusion. Jari-jarinya menari lincah di atas gitar seakan-akan Ia sedang bermain piano. Berbagai bunyi-bunyian semacam gendang pun dapat ia hasilkan dari gitar kesayangannya itu.
Di penghujung acara yang berakhir pada pukul 23.30 WIB itu Balawan sempat menunjukkan keprihatinannya terhadap musik traditional yang kurang mendapat perhatian. "Saya ingin musik tradisional disukai oleh anak muda, mudah-mudahan tidak hanya menjadi pajangan di museum" imbuhnya berapi-api. Menurutnya, musik tradisional saat ini hanya menjadi tontonan para bule dan kurang mendapat perhatian pemerintah.