Menurut para ilmuwan, temuan mereka ini memiliki prospek yang menjanjikan bagi kemajuan riset kesehatan, demikian keterangan yang dikutip dari AFP, Kamis (28/5/2009).
Metode yang menyalin beberapa bentuk penyakit berbahaya pada manusia ini, menghasilkan model baru dalam mengeksplorasi bagaimana penyakit bisa terjadi dan cara-cara pengobatannya.
"Kemajuan yang pesat dalam riset pra-klinis diharapkan bisa menggunakan model ini," kata salah satu ilmuwan.
Sementara itu pendapat menyeruak. Ada kekhawatiran hal ini akan bersinggungan dengan kode etik. Ketakutan terbesar adalah jika metode penciptaan kera sebagai hewan yang terkait erat dengan manusia ini disalahgunakan untuk menciptakan manusia genetik.
Kera hasil modifikasi gen pertama lahir pada 2000 silam. Hasil temuan itu dikenal dengan sebutan ANDi, merupakan inisial dari Inserted DNA. Golongan darah atau resus kera itu membawa gen GFP namun tidak dalam sel reproduktif.
Dengan terobosan terbaru yang mereka lakukan, para ilmuwan berharap dapat membuka jalan bagi pengembangbiakkan koloni primata transgenik yang lebih canggih lagi.
"Ini merupakan pertamakalinya di dunia, bahwa sebuah gen dapat sukses mewariskan sifat yang sama bagi generasi primata berikutnya," demikian pernyataan salah satu ilmuwan dalam laporan ilmiahnya.
Mengingat begitu sensitifnya temuan ini, Hellen Wallace dari sebuah organisasi independen di Inggris, GeneWatch mengatakan akan terus mengawasi perkembangan metode ini dan pengaruhnya terhadap kode etik.
"Terdapat debat etika yang sangat penting mengenai hal ini. Pertama tentang hewan itu sendiri dan yang kedua mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bisa saja teknologi ini akan menyinggung etika dengan menciptakan manusia genetik," kata Wallace.