Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Entah itu dari perilaku, cara bergaul dengan teman-teman sebaya, atau cara dia beradaptasi dengan lingkungan. Masing- masing anak memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada anak yang dengan mudah dapat melakukan apa saja dengan enak bersama teman lain, atau ada juga yang selalu bertengkar ketika diminta untuk bekerja sama dalam sebuah belajar kelompok misalnya.
Anak-anak yang sulit diajak bekerja sama atau tidak mau belajar kooperatif, biasanya adalah anak-anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Biasanya pula mereka merasa dirinya mampu melakukan banyak hal sehingga terkadang tidak membutuhkan orang atau teman lain di sisinya.
Sedangkan belajar untuk bekerja sama sangat dibutuhkan dalam perkembangan mental anak. Karena di dalamnya terdapat strategi belajar yang menyertakan partisipasi anak dalam aktivitas belajar kelompok kecil yang mengembangkan interaksi positif. Pemikiran ini kemudian digunakan di banyak sekolah tingkat dasar sebagai alasan untuk menggunakan strategi belajar secara kooperatif di kelas. Tujuannya untuk mengembangkan mental dan melatih anak menjadi tidak egois atau mementingkan diri sendiri.
"Belajar secara kooperatif sebenarnya dapat meningkatkan prestasi akademik anak, ini relatif mudah diterapkan, dan tidak mahal. Anak-anak bertambah baik tingkah laku dan kehadirannya, serta senang bersekolah, adalah beberapa keuntungan belajar secara kooperatif," kata psikolog anak dari Universitas Indonesia (UI), Jeanny Widyanti, beberapa waktu lalu.
Meskipun banyak penelitian pada belajar secara kooperatif yang telah dilakukan pada siswa-siswa yang lebih besar, strategi belajar secara kooperatif lebih efektif bagi anakanak prasekolah dan sekolah dasar (SD). "Sebagai catatan, tambahan hasil positifnya adalah, belajar secara kooperatif mengembangkan motivasi siswa, mendorong proses kelompok, mengembangkan interaksi sosial dan akademik di antara siswa, dan hadiah bagi kelompok yang berhasil," tuturnya.
Ketika seorang anak pertama kali datang untuk menyusun struktur pendidikannya, satu dari cita-cita guru adalah membantu anak mengubah kesadaran dari hanya untuk dirinya sendiri menjadi kesadaran untuk anak-anak yang lain. Pada tingkat ini, perhatian guru adalah mengajar anak untuk membagi, berbuat baik, dan menunjukkan kelembutan tingkah laku kepada orang lain. Aktivitas yang tersusun yang mengembangkan kerja sama dapat membantu membawa hasil ini.
Satu dari banyak penelitian yang konsisten memperlihatkan bahwa aktivitas belajar secara kooperatif meningkatkan hubungan anak-anak dengan teman sebaya, khususnya mereka yang memiliki perbedaan sosial dan suku bangsa. Ketika anak-anak mulai mengerjakan tugas, kerja sama dapat memberikan kesempatan untuk membagi ide, belajar bagaimana mengerti pikiran orang lain dan memberi reaksi terhadap masalah, serta mempraktikkan keterampilan bahasa lisan dalam kelompok kecil. "Belajar secara bersama-sama sejak permulaan masa kanak-kanak dapat mengembangkan perasaan positif terhadap sekolah, guru, dan teman sebaya," katanya lagi.
Dalam penelitian yang dilakukan terungkap bahwa motivasi anak untuk belajar di sekolah dasar bergantung pada kebutuhan psikologi dasar mereka untuk bersosialisasi. Belajar secara kooperatif meningkatkan motivasi siswa untuk memberikan dukungan kepada teman sebaya. Sebagai bagian dari tim belajar, siswa dapat mencapai keberhasilan dengan cara kerja sama yang baik dengan teman- temannya. Siswa juga didorong mempelajari bahan-bahan secara lebih mendalam dari hal yang telah dipelajari,dan memikirkan cara kreatif untuk meyakinkan guru bahwa mereka telah menguasai bahan yang dibutuhkan.
Belajar secara kooperatif membantu siswa berhasil di setiap tingkat akademik. Dalam tim belajar secara kooperatif, sedikit pencapaian keberhasilan siswa dapat memberi kontribusi kepada kelompok dan menambah pengalaman, dan semua siswa mendapat pengertian yang lebih dari setiap ide yang diterangkan mereka kepada orang lain.
Agar anak dapat belajar dengan sukses dalam tim belajar secara kooperatif, anak harus memiliki keterampilan interpersonal (antarperseorangan) untuk menyempurnakan tugas-tugas kelompok. "Banyak hal positif bisa diambil anak ketika mereka belajar bersama.
Selain meningkatkan rasa sosialisasi, anak juga akan berkompetisi dengan sehat," kata pengajar di SDN 002 di Kompleks Kelapa Gading, Tobing.