Partai Pemuda Indonesia (PPI) yang berembrio dari organisasi perkumpulan kepemudaan, tak kurang dari dua bulan menjelang pelaksanaan pemilu membuat manuver politik yang mengejutkan publik.
Betapa tidak, partai para aktivis muda itu mencalonkan Ari Haryo Wibowo Hardjojudanto alias Ari Sigit, cucu mantan Presiden Soeharto sebagai calon presiden 2009.
“Ada pandangan dari sejumlah DPD. Kalau nanti dukungan signifikan, kita bawa Mas Ari ke Rapimnas,” kata Niko Silitonga, Sekjen PPI, dalam keterangannya, Minggu (15/2) di Jakarta.
Bukan tanpa alasan partai pimpinan Hasanudin Yusuf ini mencalonkan cucu Soeharto. Faktor romantisme era orde baru menjadi pijakan untuk memasang Ari Sigit berhadapan dengan politisi senior lainnya seperti Megawati Soekrnoputri (capres PDIP), dan Susilo Bambang Yudhoyono (capres Partai Demokrat).
“Pak Harto itu kan dulu pasti. Sekarang ini kan gamang. Kita juga melihat keinginan masyarakat saat ini, ya seperti itu,” katanya memberi alasan. Selain itu, sambung Niko, figur Ari merepresentasikan jiwa PPI yang memang partai untuk kaum muda.
Hal ini pula yang melandasi kenapa PPI tidak melirik tante Ari Sigit yang tak lain putri sulung Soeharto, Siti Hardijanto Soeharto alias Mbak Tutut. “Kita mencari yang muda-muda,” kilahnya.
Kemunculan keluarga Cendana di panggung politik dalam Pemilu 2009 ini seperti menjadi pertanda kembalinya klan Soeharto tampil di panggung politik nasional. Karena, bila dibandingkan dengan Pemilu 2004 lalu, hanya PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa) dan Mbak Tutut yang terang-terangan turun gunung.
Namun, fenomena 2009 cukup kontras di bandingkan dua pemilu pasca orde baru berakhir. Wangi cendana memikat banyak partai politik. Sebut saja Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sama sekali tidak memiliki hubungan sebelumnya dengan keluarga Cendana.
Namun, iklan politik ‘edisi peringatan pahlawan’ November tahun lalu seperti menjadi sinyal PKS mencoba berbaik hati ke Cendana. Tak hanya itu, Siti Hediati alias Mbak Titik turut hadir di acara silaturahim ahli waris pahlawan nasional.
PKS tidak sendirian membawa Soeharto sebagai ‘model iklan’ politik jelang pemilu. Partai Hanura pimpinan Wiranto pun dengan bangga memajang video rekaman Wiranto dan Soeharto. Alasan pemasangannya pun cukup taktis, Soeharto masih banyak memiliki pendukung.
Di Gerindra setali tiga uang. Melalui adik tiri Soeharto, Probosutedjo memberi dukungan penuh atas nama keluarga Cendana atas pencalonan Prabowo Subianto menjadi capres 2009 mendatang.
Ketua Presidum Kolektif Nasional PDP Laksamana Sukardi menilai, merupakan hak politik seseorang untuk maju dalam pilpres. Terkait wacana Ari Sigit menjadi capres PPI, Laksamana berharap tidak ada penolakan lantaran statusnya sebagai cucu Soeharto.
“Itu hak politik sesorang. Biarkan saja, toh belum tentu kesandung masalah hukum. Kalau kita benci sama Orba, masak terus dia nggak boleh nyalon, kami harus dewasa dan itu hak politik setiap orang. Biarkan masyarakat menilai dan memilih,” tegasnya.
Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman) Fadjroel Rahman menilai masifnya partai politik merapat ke Cendana tidak terlepas dari politik pembiaran SBY selama menjabat sejak 2004 lalu.
“Pemerintahan SBY memberi kesan bahwa Soeharto tidak bersalah. Urusan kejahatan HAM dan korupsi era Soehartao dianggap tidak ada yang salah, makanya parpol merapat,” katanya kepada INILAH.COM, Minggu (15/2) di Bandung.
Selain faktor tersebut, Fadjroel berkeyakinan, dorongan meraih dana segar dari keluarga Cendana menjadikan partai politik berlomba-lomba merapat. “Hanya karena dana segar, besar dan aman, partai politik merapat ke Cendana. Soal meraih pendukung Soeharto di akar rumput, itu tidak jelas,” tegasnya.