Syarat Netanyahu Ditolak Palestina

Cuplik.Com - Tel Aviv -Otoritas Palestina di Tepi Barat mengecam pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai penyelesaian konflik Israel-Palestina. Pemerintah Palestina menyatakan Netanyahu telah menutup pintu menuju kesepakatan dua pihak.

"Pidato Netanyahu menutup pintu menuju negosiasi status Palestina dan Israel," kata negosiator senior Palestina Saeb Erekat seperti dikutip laman stasiun televisi Al Jazeera.

Dalam pidato di Universitas Bar-llan di Tel Aviv, Netanyahu mengakui keberadaan negara Palestina untuk pertama kali dalam pidato Minggu, 14 Juni 2009. Netanyahu juga meminta pemerintah Palestina untuk segera memulai perundingan perdamaian.

Sejak kembali menjabat sebagai perdana menteri Israel Maret lalu, Netanyahu menghadapi dilema antara memenuhi kepentingan kaum konservatif yang mendukungnya, dengan tidak berkompromi dengan Palestina, atau menuruti desakan Amerika Serikat (AS) -sekutu terdekat Israel- agar memulai perundingan dengan Palestina untuk mewujudkan Solusi Dua Negara. 

Namun, Netanyahu tampak masih belum tulus mengakui negara Palestina. Pemimpin Partai Konservatif Likud itu meminta agar negara Palestina mengikuti sejumlah syarat, antara lain tidak membentuk angkatan bersenjata dan mengakui Israel sebagai negara zionis. Netanyahu juga meminta para pengungsi Palestina tidak kembali ke wilayah mereka di Israel.

Erekat meminta dunia tidak terkecoh dengan penggunaan istilah negara Palestina yang digunakan Netanyahu. Syarat yang diajukan Netanyahu seperti penetapan Yerusalem sebagai ibukota Israel, Israel dapat melanjutkan pembangunan di Tepi Barat, dan status pengungsi, menurut Erekat, adalah trik untuk menghentikan pembicaraan perdamaian.

"Proses perdamaian bergerak lambat seperti kura-kura. Kini Netanyahu memutarbalik keadaan ke awal," ujar Erekat.

Pendapat Erekat dibenarkan anggota parlemen Palestina, Mustafa Barghouti. Barghouti mengatakan dengan penetapan syarat tersebut, Netanyahu menolak berdirinya negara Palestina.

"Dia ingin menukar konsep negara Palestina dengan sebuah kawasan tanpa kemandirian yang tidak memiliki kekuasaan atas tanah air, sumber daya alam, dan batas wilayahnya," kata Barghouti. "Ini hanya sebuah permainan yang Netanyahu mainkan untuk mengelabui dunia."

Sementara itu Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) menyambut baik pidato Netanyahu. Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Netanyahu telah mengambil langkah maju yang sesuai komitmen AS terhadap berdirinya negara Palestina di tanah air dua negara.

Kelompok militan Hamas mengabaikan pidato Netanyahu dan menyatakan akan terus berjuang demi hak mereka. Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kelanjutan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza menunjukkan bahwa Netanyahu berbohong ketika membicarakan perdamaian.

"Dia tidak akan pernah dapat mengecoh kami dan kami akan terus berjuang demi hak kami dan demi tanah air Palestina kami," kata Zuhri.