Obama juga meminta negara-negara Arab bisa berpartisipasi dalam perundingan itu. Menurut Presiden Obama, setiap kali PM Israel menyampaikan pernyataan, segera muncul reaksi negatif dari pihak lain. Demikian juga pernyataan pihak lain itu akan mendapat reaksi negatif di Israel.
Obama tidak menyebutkan arti dari "pihak lain" itu. Namun, sejumlah analis di Israel mengatakan tanggapan Obama itu secara implisit bernada positif terhadap pidato politik Netanyahu, yang posisinya kini di atas angin. Tanggapan positif juga muncul dari Uni Eropa (UE).
Netanyahu, dalam wawancara dengan televisi CBS, mengatakan, dia telah membuka pintu perdamaian, awal terwujudnya negara Palestina. Netanyahu berharap Palestina dan dunia Arab bisa memberi respons positif.
Namun, pihak Palestina mulai cemas. Diduga, AS akan menekan Palestina untuk segera memulai perundingan damai dengan memanfaatkan sisi positif pidato politik Netanyahu versi AS.
Sangat aneh
Perunding senior PLO, Saeb Erekat, kepada harian Mesir, Al Hayat, mengatakan, sikap positif AS itu sangat aneh. "Netanyahu tidak menyebut secara tegas solusi dua negara dan berdirinya negara Palestina di atas tanah dengan perbatasan tahun 1967. Netanyahu juga secara tegas menyatakan seluruh kota Jerusalem menjadi ibu kota abadi negara Israel. Ini berarti tidak akan ada negara Palestina," papar Erekat. Palestina, dengan perbatasan 1967, meminta Jerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
Otoritas Palestina meminta AS memegang sikap semula yang meminta Israel menerima solusi dua negara dan menghentikan pembangunan semua jenis permukiman Yahudi.
Erekat telah mengontak AS, UE, Rusia, PBB, dan sejumlah negara Arab untuk menyampaikan bahwa Netanyahu tidak memberi ruang untuk perundingan. "Netanyahu tidak menginginkan kota Jerusalem dibahas. Hak kembali pengungsi Palestina dan pengaturan keamanan seperti tertera pada peta perdamaian tahun 2003 sudah terkunci," kata Erekat.
Profesor ilmu politik dari Universitas Birzeit, Ramallah, George Gagman, menyatakan, jika otoritas Palestina berunding dengan menuruti pidato politik Netanyahu, berarti Otoritas Palestina alami kekalahan besar.
Menurut Gagman, AS, Uni Eropa, Israel, dan Arab membutuhkan otoritas Palestina untuk mengimbangi Hamas. "Kebutuhan akan keberadaan Otoritas Palestina justru menjadi kekuatan otoritas. Karena itu, Otoritas Palestina harus memanfaatkannya dengan menolak berunding," lanjut Gagman.
Presiden Mesir Hosni Mubarak, seperti dikutip harian Al Ahram, menyatakan, pidato politik Netanyahu hanya membuat persoalan semakin rumit dan membuyarkan perdamaian saat ini. "Tidak akan ada orang yang mau menerima itu, baik di Mesir maupun lainnya.