Cuplik.Com - Selain menggeber bisnis pertambangan dan membidik hotel mewah, Grup Rajawali juga berambisi mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Perluasan kebun sawit itu akan mengandalkan dana dari hasil penjualan saham Bentoel, produsen rokok terbesar keempat di Indonesia.
"Sekarang, kami sudah menguasai 40 ribu hektare perkebunan kelapa sawit," kata Direktur Pelaksana Grup Rajawali, Darjoto Setyawan kepada wartawan di Jakarta, Kamis, 18 Juni 2009. Kebun tersebut tersebar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Selanjutnya, menurut dia, Grup Rajawali yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh ini akan menambah 20 ribu hektare setiap tahun. Targetnya, Rajawali ingin menguasai 100 ribu hektare kebun sawit. "Kami akan perluas kebun sawit lain ke Papua dan Papua Barat," katanya.
Kebun sawit menjadi bisnis utama Grup Rajawali karena potensinya cukup besar dalam jangka panjang. Permintaan dunia terus meningkat terhadap produk sawit mentah atau crude palm oil. Sebab, ini bukan hanya digunakan untuk produk makanan, kosmetika, tetapi juga untuk bahan bakar nabati yang kian ngetren sebagai pengganti minyak bumi.
Grup Rajawali telah melepaskan 56,96 persen sahamnya di PT Bentoel Internasional Investama Tbk. kepada British American Tobacco, produsen rokok terbesar kedua di dunia. Dana hasil penjualan itu, Rajawali mengantongi dana segar Rp 3,35 triliun.
Menurut Darjoto, sebagian besar dana itu akan digunakan untuk investasi di bisnis tambang. Selain itu, akan digunakan untuk memperluas kebun sawit, serta mengembangkan sektor properti.
peter sondakh merupakan satu dari orang kaya Indonesia yang masuk jajaran Forbes. Ia duduk di peringkat 701 dengan harta kekayaan sebanyak US$ 1 miliar. Pria berusia 57 tahun ini juga memiliki rumah mewah di Beverly Hills.
Selain menjual Bentoel senilai Rp 3,35 triliun, Peter juga pernah menjual saham di Excelcomindo Pratama senilai lebih dari US$ 400 juta.
Grup Rajawali yang dikendalikan Peter menggeluti berbagai bidang usaha, termasuk rokok. Bisnis utamanya adalah pertambangan, perkebunan dan properti. Dengan dilepasnya saham di Bentoel, perseroan akan berkonsentrasi di tiga sektor industri.
Bentoel didirikan pada 1930-an sebagai perusahaan rokok kretek keluarga.
Pada 1950-an, perusahaan sudah menjadi pioner dalam proses pengolahan tembakau secara otomatis.
Pada 1991, Rajawali diminta oleh konsorsium kreditur Bentoel untuk mengambil alih manajemen dan membantu melakukan restrukturisasi. Rajawali membantu Bentoel melakukan transformasi dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan modern. Pada 2000, Bentoel menjadi perusahaan publik dan menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia.