Dalam jumpa pers, Senin (22/6), dipaparkan, elektabilitas Mega-Prabowo mencapai 44,3 persen, disusul SBY-Boediono 30,43 persen dan JK-Wiranto dengan 13,2 persen. Responden yang menyatakan abstain sebesar 12,8 persen.
Pertanyaan yang diajukan pada 2.047 responden, siapa pasangan capres dan cawapres yang dipilih, dengan latar belakang prestasi pemerintah di bidang hukum, keamanan, ekonomi, dan politik. Direktur Eksekutif IDM, Dwi Mardianto, sebelum ditanyakan sudah mengatakan bahwa lembaga survei yang dipimpinnya independen dan membiayai surveinya secara mandiri.
"Tidak etis jika sebuah survei yang hasilnya diumumkan kepada publik dibiayai oleh pihak yang berkepentingan terhadap hasil survei," kata Dwi, di Jakarta.
Namun, persentase hasil survei yang dipaparkan hanya tingkat elektabilitas ketiga pasangan. Survei yang dilakukan terhadap 2.047 responden itu memiliki confidence interval 2,17 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Dwi menjelaskan, 1.550 responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka dan telepon oleh pewawancara yang telah dilatih. Sementara itu, 497 responden terpilih juga diwawancara dengan pertanyaan SMS yang dikirimkan kepada responden.
Ketua Pedoman Indonesia Fadjrul Rakhman yang hadir sebagai pembedah survei mengkritisi hasil survei ini. "Membuka pertanyaan kepada publik sesuatu yang baik. Tapi, meskipun lembaga survei menyatakan independen, pertanyaan yang diajukan bisa tidak independen dan jawabannya memang mengarah ke pasangan nomor satu (Mega-Prabowo)," ujar Fadjrul.