Menurut sejarawan UI Kresno Brahmantyo di Jakarta, bukti mengenai itu antara lain tertuang dalam arsip tentang peringatan Konsulat Jenderal Belanda di Singapura ke Batavia pada Mei 1918. Arsip itu menunjukkan adanya larangan masuknya kapal-kapal dari Hong Kong karena dikhawatirkan membawa wabah Influenza.
Selain itu juga ada Telegram Zending van Gouverment atau telegram pemerintah yang menunjukkan kegawatan situasi saat itu termasuk telegram dari Banyuwangi tanggal 14 November 1918 berisi permintaan bantuan kesehatan kepada pemerintah untuk memberantas influenza yang menyerang ratusan penduduk di wilayah itu.
Data dari arsip temuan awal menyebutkan antara minggu ke-27 sampai ke-43 pada 1917 sebanyak 230.098 penduduk di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Madura, Bali, Lombok) terserang influenza dan pada 1918 jumlahnya meningkat menjadi 229.566 orang.
"Rupanya mereka mendata secara periodik. Periode selanjutnya, minggu ke-44 sampai minggu ke-47, pada 1917 dilaporkan 51.688 kasus dan pada 1918 sebanyak 359.241 kasus," katanya.
Ordonansi yang disebut "Staatblad van Nederlandsch-Indie 1920 Nomor 793 Geneeskundige Dienst, Besmettelijke Zieketen Influenza Ordonantie" tersebut berisi seruan kepada Inspektur Dinas Kesehatan, kepala daerah, sekolah, kapal laut, pelabuhan kelas 1-4, kepala pelabuhan dan nahkota untuk mengibarkan Bendera Influenza.
Daerah yang terjangkit influenza diminta mengibarkan Bendera Influenza warna merah dari matahari terbenam hingga terbit, memasang sinar putih yang tampak dari dua mil laut serta mengibarkan bendera kuning dari matahari terbit hingga terbenam.
"Pemerintah juga menerbitkan panduan untuk penerangan bagi masyarakat berupa buku setebal 40 halaman dalam bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf Jawa serta disisipi gambar wayang. Tampaknya ini diperuntukkan bagi dalang," katanya.
Buku panduan berjudul "Lelara Influenza" atau penyakit influenza itu antara lain berisi keterangan tentang penyakit influenza serta cara pencegahan dan pengobatannya.
Di dalamnya antara lain tertulis "...influenza bisa mengakibatkan sakit panas dan batuk, mudah menular, asalnya dari abu atau debu, berhati-hatilah jangan sampai bertindak ceroboh yang bisa mengakibatkan munculnya debu..."
Juga pernyataan "...Orang yang terkena panas dan batuk tidak boleh keluar rumah, harus tidur atau istirahat saja. Badannya diselimuti sampai rapat, kepalanya dikompres, tidak boleh mandi..." serta "...Dianjurkan makan bubur, nasi putih dan sayur bening (yang halus-halus). Kalau minum harus air matang, lebih baik minum teh hangat, selama lima hari. Setiap hari harus minum kinina (pil kina) untuk orang tua malam 3 tablet, siang 3 tablet."