Demikian disampaikan oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (25/6/2009) malam.
Hal ini terjadi karena adanya empat faktor penyebab utama yaitu asumsi ICP dari USD 80 per barel menjadi USD 61 per barel, asumsi nilai tukar rupiah dari Rp9400 menjadi Rp10.600, margin usaha PLN dari satu persen menjadi dua persen yang menyebabkan terjadinya penambahan sebesar Rp1,5 triliun, dan pembatalan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara sebesar 30 persen senilai Rp5,29 triliun.
Selaiin itu asumsi lain yang disepakati yaitu Pertumbuhan penjualan listrik 5,87 persen dari 5 persen, volume penjualan tenaga listrik 134,91 TWh dari 135,99 TWh, susut jaringan 9,95 persen dari 10,40 persen
Selain membahas subsidi listrik, APBN-P 2009 yang diajukan Menteri ESDM juga mengajukan asumsi ICP 2009 sebesar USD 55-65 per barel dari perkiraan semula yang sebesar USD 80 per barel. Adapun rata-rata ICP untuk Januari - Juni sebesar USD 51,53 sedangkan diperkirakan ICP untuk Juli hingga Desember sebesar USD 60-70 per barel. Untuk ICP bulan Juni sendiri sudah mencapai USD 68,75 per barel.
Sedangkan untuk kinerja produksi minyak hingga 14 Juni 2009 adalah sebesar 953 ribu barel per hari atau mencapai 99,22 persen. Dalam APBN-P, target produksi minyak tidak mengalami perubahan dari target APBN semula sebesar 960 ribu barel per hari.
"Pencapaian target produksi akan diperoleh melalui lapangan sumur baru seperti Lapangan Banyu Urip (CEPU), Kangean, Tangguh, Pertamina EP di Sukowati, dan Kodeco KE 38," jelasnya
Saat ini posisi stok minyak mentah sebesar 11 juta barel.