Permintaan itu diungkapkan istri Edikson, Nurhayati. Menurutnya hukuman berupa pencopotan jabatan di jajaran Polda Riau tidak sebanding dengan apa yang dirasakannya sampai akhir hayatnya.
"Saya dan keluarga minta yang dicopot itu Kapolda dan Kapoltabes. Karena orang yang paling bertanggungjawab adalah pimpinannnya. Dan kejadian ini tentu sepengetahuan pimpinannya," kata Nurhayati dengan nada isak tangis dan penuh kesal pada okezone, Sabtu (27/6/2009).
Bahkan tidak sampai di situ selain meminta dua pucuk pimpinan tertinggi di Riau di copot, Nurhayati yang kini sedang mengandung juga minta keadilan agar anggota yang telah membunuh suaminya dihukum berat bukan hanya dimutasi saja.
"Mereka semua harus bertanggungjawab atas pembunuhan suami saya. Karena tidak ada yang bisa mengembalikan nyawa suami saya, dan seharusnya nyawa diganti dengan nyawa. Saya sangat terpukul dengan kematian suami yang sekaligus tulang punggung keluarga," pintanya.
Sebelumnya Polda Riau melalui juru bicara AKBP Zulkifli, menyatakan atas insiden itu dua perwira yakni Wakasat Reskrim AKP Wawan dan Kapolsek Rambah Rokan Hulu AKP CB Nainggolan dicopot dari jabatannya.
Selain memecat kedua perwira pertama ini, Polda Riau juga memutasi lima anggotanya berpangkat bintara. Yakni empat dari Poltabes dan seorang bintara lainnya dari Polres Siak.
"Ini sebagai bentuk ketegasan, dan kami siap memberi sangsi tegas bagi anggota yang bersalah. Sedangkan kasus salah tembak hingga kini terus kami usut," kata Kabid Humas Polda Riau AKBP Zulkifli.
Insiden penembakan Edikson sendiri terjadi pada 22 Mei lalu di dekat rumahnya di Kandis, Kabupaten Siak. Saat itu Edikson yang sedang duduk kapoi sambil main domino didatangi buser yang sedang mencarari seorang DPO perampok yakni Anggiat Hutagaol. Saat itu polisi menduga Edikson adalah Hutagaol, polisipun menembak di bagian kepala Edikson hingga tewas.