Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lili Romli, melihat, kecenderungan para pasangan calon yang hanya doyan saling melemparkan kritik atau perang kata-kata yang tak substantif ini karena mereka sendiri belum memiliki rencana program dan kebijakan yang lebih implementatif dibandingkan pasangan yang diserangnya.
"Akibatnya cenderung hanya perang kata-kata. Mereka enggan masuk ke hal yang substantif karena mereka sendiri belum punya program yang realistis dan dapat diterapkan langsung di tengah masyarakat. Hanya Jusuf Kalla yang agak praktis, tapi mereka semua ya normatif saja," tutur Lili kepada Kompas.com seusai konferensi pers bertajuk "Pilpres dan Kampanye Negatif" di Omah Sendok, Jakarta, Senin (29/6).
Menurut Lili, perang kata-kata yang tak substantif tampak jelas pada bidang pendidikan, pengangguran, dan pemberantasan kemiskinan. Perang kata-kata yang sepele juga berkembang dalam perdebatan terkait isu kerudung atau jilbab dan karakter kepemimpinan calon tertentu.
"Serangan tidak menukik pada apa kelemahan program dan kebijakan itu. Setelah itu, baru mereka bisa katakan kami tawarkan program dan kebijakan seperti ini," tutur Lili.
Padahal, serangan-serangan yang bersifat substantif, menurut Lili, dapat mencerdaskan publik sebagai calon pemilih untuk tidak hanya mengetahui sisi positif calon dari iklan politik, tapi juga sisi negatifnya. Namun, sekarang, yang terjadi tidak demikian.
Ia menengarai, mungkin kandidat dan timnya khawatir akan terjadi blunder jika mereka melemparkan kampanye negatif terhadap pasangan calon lain. "Namun, kemungkinan ini tidak sebesar kemungkinan bahwa para pasangan memang tidak memiliki program dan rencana kebijakan yang cukup riil," ungkap Lili.
Ia mencatat, iklan yang berisi serangan tidak sebanyak saat menjelang pemilu legislatif lalu. Padahal, menurut Lili, iklan seperti ini diperlukan untuk mengimbangi maraknya iklan capres yang lebih menonjolkan positif dan kelebihan calon. Selain itu, Lili juga menyayangkan diboikotnya rencana iklan pasangan Mega-Pro oleh beberapa media.