Nilai tukar rupiah akhir akhir pekan ditutup Rp10.235 per USD atau melemah dibanding perdagangan pembukaan sebesar Rp10.210 per USD.
Menurut Division Head Teasury OCBC NISP Suriyanto Chang, mengatakan hasil keputusan BI rate beserta pernyataan kebijakan moneter yang menyertainya sangat penting untuk menentukan arah pergerakan suku bunga ke depannya.
"Dua faktor utama kami rasa akan terus menarik-ulur rupiah, yaitu kemungkinan adanya aliran dana masuk ke pasar finansial Indonesia, sementara permintaan dolar AS dari sektor korporat akan membatasi bias penguatan oleh karena hal yang pertama kami sebut," ungkapnya, dalam buletin, Jakarta, Jumat (3/7/2009).
Menurut Valbury Securities, di pasar valuta, USD dan yen kemarin berlanjut menguat atas euro setelah dirilisnya data Non Farm payroll bulan Juni yang lebih tinggi dari forecast, meningkatkan concern tentang cepatnya recovery ekonomi, sehingga meredusir permintaan atas aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
"Euro berlanjut melemah terhadap USD setelah Presiden European Central bank (ECB) Jean-Claude Trichet mengatakan bahwa ekonomi zona euro masih akan tetap lemah dan fase recovery bagi zona Euro baru akan mulai terlihat pada medio tahun 2010," ungkap buletin tersebut.
Sebelumnya USD menguat atas euro setelah China memperbaharui permintaan atas USD yang stabil dan ini meredam spekulasi bahwa China akan mengusulkan proposal bagi mata uang lain diluar USD sebagai cadangan devisa pada pertemuan G8 pekan depan. USD melemah pada hari Rabu setelah China menghimbau untuk membahas proposal tentang diversifikasi cadangan devisa untuk menggantikan USD.