Selain pria dan wanita dewasa, ada segmen pasar yang belum digarap secara maksimal namun mendatangkan keuntungan besar. Adalah segmen untuk anak-anak di bawah usia 3-5 tahun. Peluang itulah yang kini dilirik perancang senior Carmanita.
"Anak-anak di bawah usia 3-4 tahun merupakan pasar potensial untuk menjual koleksi pakaian. Kita tahu setiap orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anaknya. Sebut saja, rumah mode Dior dan Chanel yang mempunyai baby line. Tapi di sini, hal itu tidak terlalu dilirik para desainer. Padahal, baju bayi juga bisa fashionable," papar Carmanita di acara "Fashion Festival ESMOD", Plaza Bapindo, Lantai 6, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski belum terjun secara total, desainer andalan dari Ikatan Perancang Pengusaha Mode Indonesia (IPMI) ini mengaku sudah mendesain koleksi pakaian bayi.
"Saat ini masih susah mencari pakaian bayi hingga usia 3 tahun. Pakaian yang ada hanya celana momo, yang membuat orangtua tidak bisa berkreasi lagi mendadani buah hatinya. Padahal jika dieksplor lebih dalam, pakaian bayi dapat tampil lebih menarik. Misalnya, pakaian bayi plus jaket dari material yang sesuai dengan jenis kulit bayi," jelas Carmanita.
Carmanita mengaku punya keinginan keras menggarap lini pakaian bayi. Sayangnya dalam proses produksi, Carmanita juga menghadapi banyak kendala.
"Merancang busana bayi tidak mudah layaknya pakaian dewasa. Tapi, perancang tidak boleh putus asa menciptakan kreasi. Paling tidak, busana bayi bisa tampil menarik dengan imbuhan aksesori atau boneka," sarannya.
Carmanita cerita, pakaian bayi yang lucu dan menggemaskan sudah banyak dipasarkan di outlet-outlet sepanjang Kota Bandung. Tapi nyatanya, produk pakaian bayi tersebut buatan perancang luar.
"Produk pakaian bayi tersebut ada dari Korea, Taiwan, Venezuela, dan Turki, yang kainnya sangat lembut dan menyerap keringat. Padahal, kita bisa membuatnya dengan kualitas sama," sesalnya.
Belajar dari kenyataan tersebut, Carmanita menyarankan, desainer juga dituntut memerhatikan kualitas bahan yang digunakan saat merancang pakaian bayi.
"Di sini, bahan pakaian bayi tidak menyerap keringat dan warnanya tidak banyak variasi. Akhirnya, kalau kita ingin memiliki pakaian bayi yang bagus harus beli yang impor. Padahal, pasar pakaian bayi sangat menjanjikan. Sama halnya dengan queen size lady dan pakaian ibu hamil," katanya.
Untuk menciptakan pakaian bayi yang menarik, lanjut Carmanita, seorang perancang tidak cukup sekolah mode saja. Perancang harus siap membekali diri dengan pengetahuan bisnis pakaian. Itulah kunci menjadi perancang sukses.