Dalam rangka mempresentasikan hasil akhir dari program tiga tahun tersebut, sekolah Mode Esmod Jakarta menggelar acara ESMOD Fashion Festival ke-13 yang diberi sentuhan tradisional Indonesia. "Para siswa mengambil tema racine atau akar untuk menunjukkan siapa mereka atau identitasnya sebagai manusia, apa yang kita lakukan untuk hari ini dan perbuatan untuk hari depan. Sekaligus tema tersebut juga menyimpulkan kebebasan berkreasi dan berekspresi diberikan sepenuhnya kepada para siswa. Tujuannya, untuk menghasilkan karya yang orisinal dan punya ciri khas," ujar Presiden Direktur ESMOD Jakarta, Mayadewi Hartarto.
Sedikitnya terdapat 218 busana yang diperagakan, 200 outfit di antaranya merupakan hasil karya dari 36 siswa yang sudah menyelesaikan program studi tiga tahun. Busana yang diperagakan itu terdiri dari first line yang merupakan hasil kreativitas dan second line merupakan busana ready to wear dengan mempertimbangkan nilai jual dengan kategori busana perempuan, pria, dan anak-anak.
"Peragaan hasil karya lulusan ESMOD ini juga memperkenalkan karya mereka kepada lembaga yang membutuhkannya. Misalnya, pihak industri garmen, tekstil, department store atau perancang busana," papar Mayadewi.
Selanjutnya, hasil karya tersebut juga dipresentasikan siswa melalui tahap penjurian internal dan eksternal. Para juri terdiri dari desainer antara lain Jazz Pasay, Lenny Agustin serta fashion editor dan para profesional di perusahaan garmen dan tekstil.
Perancang senior Carmanita, yang juga bertindak selaku ketua dewan juri, mengatakan pada tahun ini, "Rancangan siswa ESMOD memang sangat berpotensi. Artinya, mereka punya ide menarik untuk diaplikasikan ke rancangannya. Sayangnya, mereka jarang berpikir memenuhi keinginan pasar. Jadi, mereka membuat saja tanpa memikirkan promosinya. Karena itu, banyak desainer muda yang tidak bisa bertahan di industri fashion," jelasnya.
Dia juga menambahkan, kelemahan desainer Indonesia adalah tidak mau menemukan pasarnya. "Seorang desainer tidak cukup hanya sekolah fashion saja tapi harus sekolah bisnis juga. Hal ini bisa mendukung kemajuan industri mode Indonesia," tegasnya.
Sementara itu, untuk fashion festival ESMOD kali ini, Carmanita beserta anggota juri menetapkan pemenang dari beberapa kategori antara lain Febrina sebagai Best Pattern Drafting for Children's Wear, Anastasia sebagai Best Fashion Design for Children's Wear serta Dian Suryani untuk Best Fashion Design Men's Wear, dan Evelyn Fransiska sebagai Best Fashion Design Women's Wear.
"Tahun ini memang ada penambahan kategori busana anak," ujar Carmanita. Menurut dia, prospek bisnis busana anak-anak dan busana pria akan bagus. Alasannya, orangtua akan mengutamakan busana untuk anak daripada untuk dirinya. Selain itu, kategori busana pria juga akan mempunyai prospek bisnis yang menarik, karena pria urban sekarang sudah memperhatikan penampilan berbusana.
"Tahun ini dan mendatang busana anak dan busana pria akan mempunyai prospek bisnis yang cerah dan pasar yang luas," katanya.
Selain dari 200 outfit, terdapat 12 busana di antaranya merupakan hasil lomba merancang busana Muslim Daily Wear and Muslim Youth Street Wear dor Men dan Women dari Crystallized Swarovski Elements dan siswa ESMOD. Selain itu, ditampilkan pula busana hasil karya proyek Russian Vodka.