Departemen Keuangan (Depkeu) AS menyebutkan, sembilan bulan yang lalu (30 September 2008) defisit anggaran belanja hanya USD94,316 miliar. Defisit anggaran melonjak di Juni hingga USD1,086 triliun. "Defisit anggaran belanja di Juni saja mencapai USD97 miliar, lebih baik dibandingkan ramalan analis," demikian seperti dilansir dari Departemen Keuangan AS.
Lonjakan defisit anggaran belanja dipicu kebutuhan anggaran yang besar untuk menunjang upaya memerangi krisis. Pinjaman dana talangan (bailout) ke institusi keuangan membuat pemerintah harus mengeluarkan dana besar. Penurunan pendapatan pajak dan pemberian tunjangan pengangguran juga memberikan kontribusi.
Berikutnya, pelemahan global dan biaya untuk perang Irak. Besarnya defisit anggaran belanja membuat Partai Demokrat berpikir ulang untuk mengeluarkan paket stimulus ekonomi tahap kedua. Penerimaan AS selama sembilan bulan, yang berakhir Juni, mencapai USD1,588 triliun.
Pencapaian ini jauh di bawah target yang ditetapkan sebesar USD2,675 triliun. Kantor Kongres Nonpartisan meramalkan defisit anggaran belanja 2009 akan mencapai USD1,845 triliun. Sementara, rancangan anggaran belanja yang diajukan pemerintahan Presiden Barack Obama mengajukan defisit anggaran belanja sebesar USD3,5 triliun.
Rancangan ini telah mendapatkan persetujuan Kongres pada awal April lalu. Gedung Putih menargetkan defisit anggaran belanja 2009 sebesar USD1,841 triliun. Secara bulanan, defisit anggaran belanja melonjak melebihi rekor tertinggi sejak Februari. Lonjakan ini akibat upaya pemerintah untuk keluar dari resesi yang terjadi sejak Desember 2007.
Laporan bulanan serupa menunjukkan fluktuasi defisit anggaran belanja seiring fluktuasi pada pendapatan dan belanja AS. Selama bertahun-tahun, anggaran belanja AS di Juni selalu menunjukkan surplus. Tapi, bulan-bulan terakhir anggaran belanja pemerintah Federal AS mendapat tekanan dari penurunan pajak pendapatan serta peningkatan belanja stimulus dan sosial.
Sebab, angka jaminan pengangguran dan asuransi kesehatan melonjak. Penerimaan di Juni tercatat USD215,364 miliar, turun 17 persen dibandingkan Juni 2008. Ini merupakan penurunan 14 kali berturut-turut yang berakhir dengan anjloknya penerimaan tahunan. Sedangkan anggaran belanja Juni melonjak 37 persen dibandingkan tahun lalu menjadi USD309,682 miliar.
Ini adalah rekor belanja secara bulanan. Juni tercatat sebagai bulan kesembilan bagi Pemerintah AS dalam menerapkan defisit anggaran belanja. Sebelumnya, AS pernah mengalami anggaran belanja defisit selama 11 bulan berturut-turut pada 1991-1992. Defisit anggaran belanja berakhir pada Maret 1992.
Membengkaknya anggaran belanja AS membuat investor asing ragu membeli obligasi AS, termasuk China. Ini akan memaksa Depkeu AS menaikkan suku bunga obligasi untuk menarik investor untuk berinvestasi secara jangka panjang di Negeri Paman Sam.
"Suku bunga akan melonjak. Investor asing dari China dan tempat lain saat ini tidak hanya mencemaskan nilai tukar dolar, tapi juga keamanan investasi mereka dalam jangka panjang," jelas ekonom Smith School of Business Universitas Negeri California Sung Won Sohn.
Di Arab Saudi, Menteri Keuangan AS Timothy Geithner menjelaskan, intervensi pemerintah pada ekonomi akan berdampak setelah krisis keuangan berakhir. "Sangat penting untuk diingat bahwa aksi besar (stimulus) yang telah kita keluarkan untuk memperbaiki krisis bersifat sementara dan akan ditarik seiring mengendurnya krisis," kata dia dalam forum bisnis di Jeddah kemarin.
"Kondisi fiskal AS sebelum krisis berada pada kondisi unsustainable, dan kami tidak akan sukses menerapkan pemulihan yang berkelanjutan tanpa sebuah komitmen kuat mendukung defisit jangka panjang," imbuh Geithner. Di Beijing, pemerintah China akan memprioritaskan pembahasan penanganan krisis keuangan global dalam dialog ekonomi dan strategi dengan AS.
"Kami percaya upaya antisipasi krisis keuangan global yang semakin parah dan meluas menjadi topik utama dalam dialog," kata Menteri Luar Negeri China Qin Gang. Diskusi tingkat tinggi antara AS dan China dijadwalkan pada 27-28 Juli di Washington. Pertemuan ini telah disetujui Obama dan Presiden China Hu Jintao.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Menteri Keuangan Timothy Geithner, Penasihat Negara China Dai Bingguo, dan Wakil Presiden China Wang Qishan akan mendampingi Obama dan Hu. "Kita berharap dialog ini mengubah pandangan atas hubungan China dan AS. Kita juga berharap terjadi peningkatan kepercayaan dan kerja sama antarkedua negara," ucap Qin.