Seorang pekerja kemanusiaan berdiri di sisi kantong mayat, mengatakan kepada kantor berita AFP, "Tidak ada satu potongan tubuh pun yang bisa diidentifikasi."
Mostafa Babashahverdi, seorang petani setempat, mengatakan kepada kantor berita Reuters, "Kami menemukan kepala yang luka parah, potongan jari, dan paspor para penumpang. Saya melihat pesawat itu menghunjam ke tanah. Ledakannya menimbulkan suara keras. Seperti gempa bumi," kata Ali Akbar Hashemi kepada Associated Press.
Kecelakaan ini adalah kali ketiga bagi jenis pesawat Tupolev Tu-154 di Iran sejak 2002.
Wartawan BBC, Jon Leyne, mengatakan, transportasi udara sipil dan militer di Iran umumnya dibuat dari pesawat tua, dalam kondisi payah akibat umur dan kurangnya perawatan. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, embargo dagang dari negara Barat memaksa Iran membeli pesawat buatan Rusia untuk menunjang armada Boeing dan pesawat buatan Amerika serta Eropa lain yang sudah ada.