Perhelatan menyambut pelaksanaan pemilu ini digelar di markas parpol berlambang beringin, Slipi, Jakarta. Selain pengurus DPP, acara yang digelar 18-19 Februari ini juga diikuti Ketua dan Sekretaris DPD I Golkar se-Indonesia dan caleg DPR RI Partai Golkar. Jumlah peserta dalam kegiatan ini ditaksir 700 orang.
Ketua DPP Partai Golkar Syamsul Muarif menjelaskan agenda pertemuan ini tidak menyinggung mengenai calon presiden yang akan diusung dalam Pilpres mendatang. Materinya antara lain penyampaian kondisi politik masing-masing daerah atau dapil oleh Wakil Ketua Umum Agung Laksono dan pemberian motivasi serta taktik perjuangan kepada para caleg oleh Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh. "Lalu pemberian informasi tentang landasan hukum tata cara kampanye terbuka hingga pengamanan suara yang akan disampaikan oleh KPU, Bawaslu dan Kapolri, serta membahas masalah-masalah internal oleh JK," urainya.
"DPP tidak akan membahas agenda itu (capres). Untuk itu tidak diagendakan dalam rapat konsultasi," ujar Syamsul.
Selama ini, keluh Syamsul, media terkesan mem-blow up keluar untuk menggiring isu selain yang telah direncanakan DPP. "DPP itu merencanakan untuk meningkatkan strategi pemenangan pemilu. Tapi tampaknya media kurang puas dengan sikap konservatif Golkar," katanya.
Tidak hanya itu, Golkar pun juga menggelar rekrutmen capres. Tujuannya pun senada. Selain untuk memilih pasangan capres dan cawapres, langkah ini juga untuk mengatrol elektabilitas Golkar dalam pemilu legislatif.
"Nama-nama tersebut yang akan muncul dari penjaringan bukan hanya jadi pajangan saja tapi juga dituntut aktif untuk berkampanye memenangkan Golkar. Nanti penetapannya pada Rapimnasus akhir April dan yang akan menetapkan melalui proses pemilihan dari DPD I, DPP, Ormas dan Dewan Penasihat," terang Agung Laksono.
Bahkan, Ketua Dewan Penasihat, Surya Paloh mengimingi dana ratusan juta rupiah untuk DPD Golkar yang bisa meraih suara minimal 30 persen. Bila suara mencapai 30 persen maka imbalannya Rp 300 juta. Sedangkan bila mendapat 40-50 persen maka dana yang didapat DPD baik kabupaten/kota maupun provinsi akan mencapai Rp 400-500 juta.
"Itu karena saya juga risau kenapa Partai Golkar sebagai partai besar tapi minim logistiknya," kata Surya.
Efektifkah langkah Golkar? Wakil Direktur LP3ES Sudar Dwi Atmanto mengaku pesimis ada perubahan signifikan dari tingkat elektabilitas Golkar. Bagi Sudar, penjaringan capres hanyalah usaha meredam gejolak internal. "Dengan memunculkan capres yang merupakan kader partai, seolah ingin menunjukan tidak ada perpecahan di dalam tubuh Partai Golkar," bebernya.
Sigi yang dilakukan LP3ES, jelas dia, menunjukkan dukungan terhadap Golkar terus menurun. Kondisi ini membuat suasana internal menjadi tidak nyaman. Makanya iklan politik yang diusung Beringin beberapa waktu lalu menampilkan figur faksi yang ada seperti Akbar Tandjung, Surya Paloh, Sultan Hamengku Buwono X bersamaan.
"Padahal realnya tidak seperti itu. Orang banyak sudah tahu kalau Partai Golkar tidak solid," tegas Sudar.
Golkar boleh saja mengklaim tetap teratas dalam survei terlawas dengan raihan 19,3 persen. Tetapi patut dicatat, hingga kini belum ada satupun survei yang dilansir ke publik menunjukkan Golkar menjadi pemenang. Hampir kesemuanya menempatkan Beringin pada posisi ketiga.
Ucapan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat yang menyatakan suara Golkar dapat melorot hingga 2,5 persen juga bukan hal yang tidak mungkin. Dan cara menghapus mimpi buruk itu memang cuma satu. Semua faksi yang ada di Golkar bersatu padu memanfaatkan sisa masa kampanye.
Semestinya politik saling menjatuhkan di kalangan internal dikesampingkan terlebih dahulu. Target jadi juara satu sudah saatnya ditanam dibenak para kader di semua faksi. Toh, pintu capres Golkar kini terbuka lebar. Tapi syaratnya, Golkar menang pemilu dulu.