"Kesulitan itu antara lain akibat belum banyaknya anggota Polri yang bertugas di lapangan mengenal secara persis jenis barang yang dapat dipakai bahan peledak tersebut," kata Kapoltabes Denpasar Kombes Gede Alit Widana, Selasa (21/7).
Ia menyebutkan, anggota di jajarannya sejauh ini belum banyak yang mengenal secara persis mengenai jenis dan ciri-ciri fisik dari suatu barang yang dapat digunakan untuk bahan peledak.
"Akibatnya, petugas yang diterjunkan ke lapangan untuk menggelar pemeriksaan, tidak jarang melakukannya dengan cara masih meraba-raba," ujar.
Mengingat itu, kata dia, mendatang perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan secara menyeluruh tentang ciri-ciri dan jenis bahan peledak kepada seluruh anggota Polri di jajarannya.
Dengan demikian, pada gilirannya seluruh polisi yang bertugas di lapangan dapat mengenali ciri-ciri barang yang sering digunakan para teroris dalam melancarkan aksinya itu. "Tidak seperti sekarang hanya sebagian anggota saja yang mengenal ciri-ciri itu," ucapnya.
Kendala lain dari upaya petugas dalam mencegah masuknya bahan peledak, kata Kombes Widana, tentu terkait dengan kejelian atau kemahiran para teroris dalam menyelundupkan barang berbahaya itu ke daerah sasaran peledakan.
Dari hasil penyelidikan di lapangan, diketahui bahwa teroris tidak lagi menggunakan ransel atau kantong yang cukup besar dalam upaya menyelundupkan bahan peledak, melainkan wadah yang lain.
"Belakangan malah tas laptop yang terbukti telah dipakai membahwa bahan peledak oleh jaringan teroris untuk bisa masuk ke suatu tempat," ujarnya.
Melihat itu, lanjut Kapoltabes, pihaknya menekankan kepada anggota di jajarannya untuk lebih melek dalam melakukan upaya antisipasi terhadap kemungkinan lolosnya kaum teroris bersama barang yang dibawanya ke wilayah Denpasar.
"Kami telah ingatkan untuk dapat melakukan berbagai cara. Yang penting, teroris tidak bisa masuk, apapun akal-akalan yang mereka lakukan," katanya.
Bali tercatat dua kali dilanda aksi peledakan bom yang dilancarkan kaum teroris, masing-masing pada 12 Oktober 2002 dengan merenggut 202 korban tewas dan sekitar 350 lainnya luka-luka, serta pada 1 Oktober 2005 yang menyebabkan 23 korban tewas dan sekitar 100 lainnya luka-luka.