"Ada bentuk dialog spesifik yang bisa membahas situasi saat ini," demikian koran resmi negara itu mengutip menteri luar negeri setempat.
Komentar ini diberikan menyusul saling tukar hinaan antara pihak Korut dan Menlu AS Hillary Clinton pekan lalu.
Kendati demikian, komentar Kementerian Korut ini tidak menjelaskan lebih lanjut bentuk dialog seperti apa yang bisa dilangsungkan.
Sejumlah pengamat memandang pernyataan ini sebagai tanda bahwa setelah serangkaian provokasi terhadap masyarakat internasional, pihak Utara kini mungkin siap untuk mencari cara untuk meredakan ketegangan.
Namun, jelas bahwa pihak Utara meyakini pola masa lalu tempat persuasi atau tekanan yang ditujukan terhadap Pyongyang untuk melanjutkan perundingan dengan China, Rusia, Korea Selatan, Jepang, dan AS tidak bisa berlaku lagi.
"Segala upaya yang berpihak pada kelompok yang mengklaim dilanjutkannya perundingan enam pihak tanpa menyadari esensi persoalan ini tidak akan membantu meredakan ketegangan," juru bicara menteri luar negeri Korut menyatakan dalam sebuah statemen.
Enam atau dua?
Utusan Korea Utara untuk PBB, Sin Son-ho, mengatakan, Jumat lalu, bahwa Pyongyang tidak menentang ide bernegosiasi dengan AS. Akan tetapi, negara itu tidak akan kembali ke format perundingan enam pihak.
Di masa lalu, Utara menuntut negosiasi hanya dengan AS. Sementara, Washington sangat keberatan memenuhinya.
Koran utama di Korut Rodong Sinmun juga menulis, Minggu (26/7) lalu, utusan Korut untuk PBB itu menyatakan pada KPTT Keamanan Asia di Thailand pekan lalu bahwa ketegangan nuklir adalah masalah hanya antara Pyongyang dan Washington.
Pemerintah AS mengatakan bersedia melakukan pembicaraan langsung dengan pihak Utara dalam kerangka proses enam negara jika Korut mau duduk kembali di meja perundingan dan mengambil langkah pasti untuk perlucutan nuklirnya.
Minggu kemarin, Clinton mengatakan pada televisi NBC bahwa kerangka enam negara merupakan "cara yang layak untuk terlibat dengan Korea Utara."
Utara menghentikan segala bentuk pembicaraan antarnegara untuk tujuan perlucutan senjatanya setelah Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi tegas karena Korea Utara meluncurkan percobaan rudal nuklir.
Pada KTT Keamanan Asia di Thailand pekan lalu, Menlu Clinton mengatakan, Korut tidak memiliki sahabat untuk melindunginya dari upaya internasional untuk memaksanya menghentikan program nuklirnya.
Secara terpisah, seorang juru bicara di Pyongyang melukiskan Clinton sebagai "perempuan aneh"-sebagai tanggapan karena memberi komentar tindakan Korut sebagai tingkah anak nakal.
"Pernyataannya menunjukkan dirinya sangatlah tidak cerdas," kata juru bicara itu, sebagaimana dikutip kantor berita Korea Utara, KCNA.
"Kadangkala dia tampak seperti anak sekolah dasar dan kadang seperti pensiunan pergi belanja. Siapa un yang membuat pernyataan keliru harus mendapat ganjaran," demikian pihak Korea Utara.