Menurut ahli pendidikan tersohor asal AS, Glenn Doman dalam bukunya How to Teach Your Baby to Read mengatakan bahwa otak anak yang separuhnya sudah dilakukan pembedahan. Hemispherectomy (membuang separuh fisik otaknya) maka masih punya kemampuan berpikir dengan otaknya yang utuh.
"Ternyata anak yang cedera otak pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi," ucap Glenn.
Selain itu, beberapa ahli mengatakan bahwa perkembangan kecerdasan anak balita 0 ? 4 tahun mencapai 50 persen, 4 ? 8 tahun mencapai 80 persen dan 8 ? 18 tahun mencapai 100 persen. Hal ini terlihat seorang anak mampu menghafal beberapa kata atau syair lagu.
"Dari hal tersebut, kita harus percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan belajar yang tak tertandingi, termasuk membaca," tutur pengamat anak dan praktisi sistem pengajaran Glenn Doman, Irene F Mongkar.
Ditambahkan Irene bahwa membaca bukan sekadar bisa mengucapkan apa yang dibaca, tetapi juga perlu diperhatikan apakah anak mengerti apa yang dibaca. Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia. Selain itu, membaca merupakan salah satu fungsi paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.
"Semakin muda usia anak ketika dia belajar membaca, semakin mudah untuk lancar membaca," ucap pemerhati anak yang mengikuti kursus How to Multiply Your Baby?s Intelligence di Institute for the Achievement of Human Potential, di Philadeldia, AS, yang didirikan Glenn Doman.
Irene menuturkan, anak-anak dapat menirukan kata di saat usia mereka 1 tahun, dapat membaca kalimat di usia 2 tahun dan dapat membaca buku di usia 3 tahun. Dan untuk orangtua dapat melihat bukti bahwa anak-anak dapat membaca terlihat dari si anak bisa mengenal besar kecil. Dan juga bisa membedakan papa dan oom, mama dan tante, sampai pada menghafal iklan.
"Jadi tidak perlu ditanya 'Dapatkah anak kecil membaca?' tetapi yang perlu ditanya adalah 'Bacaan apa yang kita inginkan dibaca anak'," tandasnya saat menjadi pembicara seminar Smart Parents Conference yang diadakan Frisian Flag.
Mengajar membaca mudah dan sederhana, namun sayangnya orangtua sering mengabaikan. Mutlak bagi anak-anak untuk melakukan kegiatan belajar, bermain, atau bisa juga bermain sambil belajar. Jika diibaratkan, orangtua adalah pembuat keramik sedangkan anak-anak adalah tanah liatnya.
Jadi yang tidak boleh dilakukan adalah membuat anak belajar membaca maju terlalu cepat, terlalu lambat, atau terlalu sering memberi tes. "Lebih baik menunda, jika suasana tidak menunjang anak untuk belajar. Bergembiralah dan ciptakan cara baru," tuturnya.
Dan yang juga patut menjadi perhatian dalam mengajarkan anak-anak membaca adalah dengan menggunakan kata-kata cukup besar, jelas, dan menarik, dibacakan dengan kuat dan jelas dan lakukan dengan suasana gembira. Namun,Irene mengingatkan, "Tunda mengajar huruf sampai anak siap belajar menulis," ujarnya. Pada saat mengajarkan anak membaca, usahakan setiap kata dibaca maksimal antara 15 ? 25 kali.