Maba di sana diwajibkan memakai topi berwarna kuning yang terbuat dari bahan kertas karton. Selain itu mereka juga tampak membawa jurigen kosong dan sebuah stik.
‘’Jurijen ini dipakai untuk bermain drum. Kita diminta menyanyi sambil memukul jurijen ini dengan stik. Katanya sih untuk yel-yel supaya kompak,’’ ungkap Novi, salah satu peserta Ospek yang mengaku berasal dari Madiun.Mulai dari pita, topi caping, kartun, dan perlengkapan lainnya. Sehingga saat panitia Ospek memberikan tugas, maba tidak kesulitan mencari di luar. Cukup membeli di pasar dadakan UB itu.
Sementara itu Kepala Bagian Kemahasiswaan UM Dra Fatmawati Istamar menuturkan, UM akan menerapkan konsep Ospek yang nyaman dan menyenangkan. Kalaupun maba diharuskan memakai atribut, diharapkan tidak terlalu berlebihan. Karena dikhawatirkan malah menimbulkan gap antar fakultas.
‘’Untuk kebersamaan peserta, diperbolehkan mengenakan ciri khas di setiap fakultas. Hanya saja penampilan khas ini diharapkan tidak berlebihan hingga menimbulkan egoisme antar fakultas. Dan yang terpenting semua tugas untuk maba tidak boleh memberatkan,’’ tegasnya.
Fatmawati menuturkan, salah satu agenda terpenting dalam PKPT kali ini adalah menumbuhkan rasa cinta maba kepada almamater. Karena itu maba harus kenal lagu himne UM, dan juga logo UM dan lambangnya.
Mahasiswa harus tahu apa makna dibalik warna yang dipakai di logo dan apa makna bunga Wijayakusuma yang ada di dalam logonya. Materi baru yang dihadirkan tahun ini adalah ESQ. Tujuannya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dari maba. Untuk kegiatan ini panitia melibatkan pakar ESQ Ary Ginanjar. Juga ada materi tata krama kehidupan kampus.