Di televisi, ada beberapa bintang tamu atau presenter yang berperan dengan gaya latah. Sosok merekalah yang menjadikan tayangan tersebut hidup dan disenangi penonton. Tapi akan menjadi ironi dan timbul rasa kasihan, jika kita melihat orang yang latah lantas dikerjai layaknya permainan.
Menurut Dr. Rinrin R. Kaltarina Psi., M.Si., latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi kaget. Latah bisa berbentuk ucapan atau perbuatan yang tidak terkendali pascareaksi kaget (starled reaction). Saat latah muncul, yang berkuasa adalah alam bawah sadar (subconscious).
Menurut Rinrin, ada empat macam latah yang biasa menimpa orang. Yaitu ekolalia, atau mengulangi perkataan orang lain; Ekopraksia, atau meniru gerakan orang lain; Koprolalia, atau mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor; dan automatic obedience, atau melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, misalnya ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah ”sujud” atau ”peluk”, ia akan segera melakukan perintah tersebut.
Secara konsep, ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya gangguan latah. Pertama, Teori Pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini, semacam dengan gangguan tingkah laku, tapi lebih ke arah obsesif, karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
Kedua, Teori Kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah selalu ada tokoh otoriter yang mengganggunya, entah ayah atau ibu. Bisa jadi, latah merupakan jalan pemberontakan si penderita terhadap dominasi orangtua yang sangat menekan. Walau demikian, tokoh otoriter tak harus berasal dari lingkungan keluarga.
Ketiga, Teori Pengondisian. Atau latah gara-gara ketularan. Seseorang mengidap latah ini cenderung terjadi karena dikondisikan oleh lingkungannya. Seperti, gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan oleh lingkungannya. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini biasa disebut ”latah gaul”.
Bahaya Latah
Jika dibiarkan, latah berpotensi mengekang kreatifitas. Karena penderita latah sudah terbiasa untuk meniru atau berbuat seperti orang lain, maka ia akan kehilangan daya untuk mencipta hal-hal baru, atau lebih segar. Ia pun akan mapan dengan kejumudan.
Latah juga dapat mengikis keberagaman. Latah yang akut, akan sulit menghasilkan hal-hal baru atau corak berbeda. Karena sifatnya meniru, latah hanya akan menghasilkan hal-hal yang seragam. Tiada yang unik dan berbeda dari lainnnya.
Menurut Evi Elviati Psi., psikolog dari Essa Consulting Group, baik buruknya seseorang bersikap latah, tergantung pada apa yang ia tiru. Jika sifatnya negatif, maka kita harus memperbaiki atau segera menghentikan kebiasaan itu dengan memberi penjelasan kepada si penderita. Tapi jika yang dicontoh atau dilatahi adalah hal-hal positif, kita patut mendukung agar ia terus melakukannya.
Tapi, latah adalah sifat yang tidak kreatif, karena sifatnya hanya meniru. Seorang muslim yang unggul adalah yang mampu selalu menyertai perkataan dan perbuatannya dengan ilmu. Bukan dengan meniru begitu saja. “Janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya perkataan, perbuatan dan hati kamu akan dimintai pertanggungjawaban.” (Qs. al-Isrâ [17] :36)
Khusus Perempuan
Belum ada penelitian tentang membandingkan jumlah penderita latah perempuan maupun laki-laki. Tapi berdasarkan pengamatan umum hasil analisis Qalam, penyakit latah cenderung lebih banyak ditemui menjangkiti kaum hawa. Penyebabnya, mungkin karena secara emosi kaum perempuan lebih rentan mengalami stres dan trauma dibanding laki-laki.
Jenis dan pola umum latah, biasanya tidak berbeda antara yang dialami perempuan maupun laki-laki. Beda kecilnya hanya dari ucapan yang dikeluarkan. Perempuan pelatah, Kalo cewek cenderung mengucapkan sesuatu yang berbau porno atau lucu, sedangkan pelatah laki-laki cenderung mengucapkan kata-kata yang bersifat agak kasar.
Uniknya, kaum laki-laki penderita latah, kebanyakan datang dari kalangan waria (setangah laki-laki). Tapi bukan berarti semua waria otomatis pelatah. Penyakit ini biasanya mereka alami karena sejak kecil mereka suka mengalami tekanan batin dan diperlakukan menyakitkan yang menimbulkan trauma.
Ketika latah muncul disertai gaya kelucuan ala waria, banyak orang menjadi suka. Akibatnya, latahan ala waria menjadi tren, yang kemudian memunculkan latahan-latahan palsu sekadar gaya atau gaul. Sayangnya, tren kata-kata yang dijadikan bahan latah adalah kata-kata jorok.
Biasanya, penyakit latah sering menyerang perempuan berumur di atas 40 tahun. Secara psikologis, keiasaan latah banyak berkorelasi dengan kepribadian histeris. Tak jarang, latahan menjadi semacam excuse atau alasan seseorang untuk bebas berbicara dan bertingkah porno, yang pada hakikatnya berimplikasi pada invitasi seksual.
Kebiasaan latah lebih banyak menyerbu perempuan, juga bisa disebabkan karena otak perempuan lebih tajam, awet, dan selektif. Menurut Dr. Thomas Crook, ingatan pria kurang tajam dibanding perempuan. Perempuan lebih banyak mampu mengingat hal-hal detail, asosiasi dan pengalaman pribadinya.
Dalam jurnal kedokteran Archieves of Neurology terbitan tahun 1998, diungkap temuan bahwa otak pria mengerut lebih cepat daripada otak perempuan. Menurut Ruben Gur, yang meneliti sendiri cara kerja otak pria dan wanita dari berbagai usia, jaringan otak pria menyusut tiga kali lebih cepat dari otak perempuan.
Ketika sama-sama muda, otak pria lebih besar. Tapi ketika mencapai usia 40 tahun, otak pria mengerut dan bagian-bagian lain juga menyusut. Penyusutan ini membawa akibat perubahan nyata. Antara lain, makin tua seorang pria daya ingat, konsentrasi, dan kesabaran akan ikut menyusut. Sedangkan otak bagian depan wanita tidak mengalaminya.
Menangani Penderita Latah
Latah akan muncul jika ada keterkejutan. Untuk mengurangi dan menyembuhkan latah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
- Penderitanya harus bisa menemukan ketenangan hidup. Misalnya, keluar dari rumah jika orangtuanya kerap melakukan tekanan. Atau berganti pekerjaan jika pekerjaan itu membuatnya stres.
- Lingkungan harus berempati kepadanya. Sebab tak sedikit penderita latah dapat sembuh sendiri setelah berkeluarga dan hidup tenang.
- Penderita dianjurkan melakukan latihan relaksasi, meditasi, dan konsentrasi secara rutin. Kegiatan ini akan membantu penderita menuju kesembuhan.
- Sering-sering melakukan aktivitas menyenangkan yang tidak membuat stres
- Melakukan terapi puasa. Kiat ini cukup populer dilakukan di Eropa maupun Amerika Serikat. Hasil riset terakhir membuktikan, puasa yang dijalankan secara tepat dan benar, efektif menerapi kesembuhan penderita latah. Sebab puasa dapat membuat seseorang lebih mampu menguasai dan mengendalikan diri.