Menggandeng PT Demi Gisela Citra Sinema dan Esa Films, ‘Identitas’ menjadi film indie pertama yang memasuki industri perfilman nasional. “Sebuah spirit independent film maker, kisah ini orisinil diciptakan oleh teman-teman yang memiliki idealisme tinggi,” ungkap Deddy Mizwar selaku salah satu produser Eksekutif.
Sesuai dengan judulnya, kisah yang diangkat masih mencerminkan film indie. Identitas menghadirkan realitas sosial yang diskriminatif, yang tidak berpihak pada orang kecil. Obrolan kecil di warung kopi, pasar tradisional, emperan Rumah Sakit, bangsal pasien hingga lokalisasi pinggir rel diramu menjadi cerita yang menggugah kesadaran tentang hak hidup termasuk hak mati manusia.
Adalah Adam (Tio Pakusadewa), seorang petugas kamar mayat di sebuah Rumah Sakit. Ia menjadi introvert di lingkungan akibat masa lalu ayahnya. Namun ia berubah menjadi pribadi yang berbeda saat berada di tempat kerja.
Para jenasah yang ada setiap harinya selalu menjadi sahabat yang menyenangkan. Tapi hidupnya bertambah rumit, saat rumah peninggalan orang tua yang ditempatinya terancam digusur karena tidak ada identitasnya.
Dalam kesehariannya, Adam sering melihat sesosok perempuan (Leony VH) yang menarik perhatiannya. Seorang perempuan muda ‘tanpa nama’, berwajah oriental berusia 20 tahun, yang berjuang untuk membiayai pengobatan ayahnya yang dirawat di bangsal miskin Rumah Sakit. Tempat tinggalnya pun digusur dan perempuan itu terpaksa melacur demi biaya perawatan ayahnya.
Melihat usaha sang perempuan, timbul kekaguman dan cinta yang tulus dari Adam untuk menolong dan melindungi perempuan tanpa nama itu. Sepenuh hati Adam berusaha menyelamatkan perempuan itu dari dunia pelacuran dengan cara mengusahakan agar perempuan itu mendapatkan Askeskin. Tapi tidak muda dan semua menjadi sulit terbentur masalah identitas.
Hingga suatu ketika perempuan tanpa nama itu hilang secara tiba-tiba dan Adam bertemu lagi dengan perempuan itu di ruang kerjanya, sudah menjadi mayat. Karena perempuan tanpa nama itu tidak memiliki identitas, Adam merasa harus mempertahankan hak mati perempuan itu walaupun harus mengorbankan hak hidupnya sendiri.
Cerita yang sederhana, tapi itulah fakta Tanpa identitas, siapa yang menyangka Anda bisa ‘digaruk’ petugas. Tanpa identitas, rumah Anda bisa digusur tanpa kompromi. Apakah identitas itu sebegitu penting di dunia ini? Silakan Anda nilai sendiri…
Yang pasti, tanpa mengurangi ciri khas film indie yang idealisme, coba simak celotehan dan sentilan-sentilan yang muncul. Hal itu mampu membuat penonton tersenyum bahkan tertawa.
Berangkat dari komunitas film indie, Aria Kusumadewa pun berharap film ini bisa diterima masyarakat. “Saya berharap ada penonton alternatif, mungkin para mahasiswa atau yang lain. Saya masih optimis karena penonton Indonesia tidak tunggal,” tutup Aria