Ketika masih kuliah, ibu Sydney adalah anggota perkumpulan mahasiswa yang bernama Kappa Phi Nu dan Sydney bertekad ia harus bisa menjadi anggota perkumpulan ini saat kuliah nanti. Hari berganti dan tibalah saatnya Sydney membuktikan tekadnya itu. Sydney diterima di Southern Atlantic University, tempat ibunya dulu kuliah.
Setibanya di kampus ini, Sydney baru sadar bahwa misi yang ia emban bukanlah sebuah misi yang mudah. Rachel Witchburn (Sara Paxton), ketua dari kelompok persaudaraan Kappa Phi Nu, tak menginginkan Sydney masuk dalam kelompok ini namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena peraturan menyebutkan bahwa putri mantan anggota persaudaraan ini harus diterima.
Permusuhan pun dimulai dan Sydney harus berjuang sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa ia lebih baik dari Rachel. Dengan bantuan tujuh orang yang disebut The Vortex, Sydney pun memulai perjuangannya. Sayangnya ini tak terlalu banyak membantu karena The Vortex sebenarnya tak lebih dari tujuh orang pecundang.
Sebenarnya, film SYDNEY WHITE ini tak menawarkan sesuatu yang baru. Ide dasar cerita sampai eksekusinya tak beda jauh dengan college comedy yang lain. Cerita sangat sederhana dengan ending yang begitu mudah ditebak bahkan saat film belum masuk bagian pertengahan. Film seperti ini memang dibuat untuk konsumsi hiburan semata dan faktor-faktor seperti kedalaman karakter, dialog dan akting pun tak terlalu jadi fokus dari sang sutradara.
Kalaupun ada satu yang membedakan SYDNEY WHITE ini dari film-film lain yang sejenis adalah usaha untuk membaurkan kisah anak-anak ke dalamnya. Jika teliti, Anda pasti akan sadar kalau film ini sebenarnya adalah plesetan dari kisah Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, tentu saja dengan setting di jaman modern. Memang tak sepenuhnya film ini mengadaptasi cerita anak-anak itu namun secara garis besar, idenya adalah membuat cerita kuno itu jadi lebih modern.