Hubungan naik-turun seperti ini, diterangkan oleh Dra. Mayke, adalah pertanda bahwa mereka sebenarnya saling menyayangi, walau kadang merasa kepentingannya terganggu karena adanya kakak/adik. Jadi, ketika si kakak dan adiknya berantem, sebaiknya orangtua jangan ikut terpancing emosinya. Anggap bahwa peristiwa ini merupakan latihan bagi Anda untuk belajar mengendalikan emosi dan mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi bersama anak-anak. Adanya masalah akan membantu proses pendewasaan diri seseorang.
Bagaimana menghadapi anak yang sedang berantem? Amati dulu, selama ini siapa yang menjadi pencetus terjadinya perselisihan antarsaudara. Berikan konsekuensi yang jelas pada pihak yang melakukan kesalahan, dengan mengabaikan apakah itu kakak atau adik. Kalau salah satu orangtua membela adik karena memang dia tidak bersalah, dan kakaknya ngambek, ayah atau ibu bisa memberi penjelasan yang masuk akal mengapa ayah/ibu marah. Hendaknya penjelasan yang diberikan benar-benar berdasarkan fakta yang terjadi, jangan sampai keluar kata-kata yang sifatnya judgmental, memberikan cap pada anak sebagai anak yang selalu membuat onar, tidak mau mengalah pada adik, nakal, selalu membangkang, dan penilaian negatif lainnya. Penilaian negatif akan membuat anak semakin bertindak negatif karena harga diri mereka dijatuhkan.
Bagaimana jika anak tidak mau mematuhi perintah orangtua? Pertama, perlu ada aturan permainan yang jelas, misal mereka boleh bermain air di kamar mandi dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penanda yang paling tepat dan objektif adalah menggunakan waktu. Kalau anak sudah bisa membaca jam, katakan dia boleh bermain air sampai jarum panjang menunjuk angka tertentu. Cara lain adalah dengan menggunakan alarm di ponsel atau timer. Apabila waktu yang disepakati bersama sudah habis, Anda bisa memberi waktu sebentar untuk mereka menyudahi kegiatannya. Namun, kalau anak tidak juga menyudahi kegiatannya, boleh mengingatkan dengan nada suara yang tegas, waktu sudah habis dan meminta mereka segera menyudahi kegiatannya.
Nada suara tegas akan membantu anak mengetahui, Anda tidak main-main sehingga mereka mau mematuhinya. Kata-kata yang Anda lontarkan hendaknya singkat dan langsung pada sasaran, jangan sampai mengomel berkepanjangan karena akan mengurangi penghargaan anak pada orangtuanya.
Cobalah untuk belajar menjadi orangtua yang berwibawa, bertindak secara rasional, sehingga anak-anak Anda akan belajar menjadi anak yang menggunakan akal ketika bertindak. Selamat menjalani peran sebagai orangtua, jangan bosan untuk belajar dan belajar lagi dalam rangka memperbaiki diri.