Hasil studi yang dilakukan terhadap tikus menunjukan, dengan melakukan diet ketat selama 10 hari berturut-turut bisa menimbulkan sifat pikun, sulit berolahraga dan malas berkegiatan.
Sementara, kondisi berbeda terjadi pada tikus yang termasuk dalam kelompok diet rendah. Bila dibandingkan dengan tikus kelompok diet ketat, mereka diketahui tidak bisa memanfaatkan oksigen sebagai sumber energi ketika mereka bergerak. Tubuh mereka pun melemah dan menampakkan gejala linglung.
Para ahli kemudian menyimpulkan bahwa diet ketat akan membuat seseorang yang tengah berdiet ketat cenderung menjadi pemalas dan bodoh.
"Orang-orang Eropa umumnya banyak yang melakukan diet ketat. Dampak jangka panjang melakukan diet ketat, antara lain penyakit komplikasi seperti kegemukan, diabetes, dan gagal jantung," kata peneliti University of Cambridge Andrew Murray, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (13/8/2009). "Sementara untuk efek jangka pendeknya, diet ketat akan membuat seseorang menjadi mudah pikun, kehilangan konsentrasi dan malas," tambahnya.
Murray pun berharap agar penemuan ini bisa membuka mata setiap orang agar lebih berhati-hati ketika memutuskan untuk berdiet. Sehingga mereka bisa mendapatkan manfaat kesehatan dari diet dengan cara yang benar.