cuplik.com - MERENGEK, menangis, dan uring-uringan. Reaksi itu bentuk perilaku anak manja saat permintaannya tidak dipenuhi. Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak manja?
Selain itu, timbul juga pertanyaan sampai kapan anak boleh dimanjakan? Kedua pertanyaan ini mungkin masih belum bisa didapatkan oleh orangtua yang kebetulan buah hatinya manja. Anak manja umumnya mempunyai trik tersendiri dan berbeda-beda dalam menghadapi kemauannya yang tidak dituruti.
Menjawab permasalahan tersebut, Konselor dan Kepala Lembaga Pelayanan Psikologi Universitas Krida Wacana (LPP Ukrida) Clara Moningka SPsi MSi mengatakan, sejatinya tidak ada batasan umur pada anak-anak yang tergolong manja.
"Namanya anak-anak, tidak ada batasan usia manja. Bila manjanya tidak berlebihan, maka sah-sah saja. Hanya orangtua harus melatihnya agar tidak manja berlebihan," ujar dosen tetap di Fakultas Psikologi Ukrida. Clara mengatakan, manja tidak termasuk dalam patologi maupun penyimpangan psikologis. Manja menjadi tidak baik bila kemanjaannya berlebihan dan didukung keluarga atau orang terdekat.
"Hal tersebut menyebabkan anak menjadi dependent. Tergantung pada orang lain, bahkan bisa menyebabkan anak 'mempergunakan' kemanjaannya itu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan," papar psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta.
Sejumlah penyebab bisa menjadikan anak manja, tetapi yang bermasalah adalah bila manjanya berlebihan. Apa-apa ngambek, atau selalu meminta bantuan, minta ditemani, atau selalu dilayani. Celakanya, hal ini malah dibiarkan saja orangtua atau pengasuhnya. Bahkan dituruti. Lingkungan yang tidak membiarkan anak mandiri dan bersikap mengem-bangkan perilaku seperti ini dapat menyebabkan anak menjadi manja berlebihan.
"Saya setuju dengan pendapat John Locke mengenai tabularasa. Anak bagaikan kertas putih, siapa yang menulis di atasnya yang dapat membentuk dirinya. Siapa yang memberikan pengasuhan awal, yang dapat membentuk perilaku dan pribadi anak, termasuk perilaku manja," sebut Clara.
Diinformasikan dia, yang terjadi jika seorang anak dibiarkan manja terus-terusan adalah terbentuk sikap egois, kurang peka terhadap lingkungan. Pada pergaulan, dampaknya akan sangat terasa. Semua orang harus menuruti keinginannya. Atau dia akan ngambek untuk mendapatkan apa yang diinginkan. "Konsep dirinya juga tidak baik. Ia dapat menjadi pribadi yang kurang berusaha, kurang motivasi. Hal tersebut bisa terjadi bila anak merasa mudah mendapatkan apa yang diinginkan," ingatnya.
Penulis buku berjudul "Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik", Melly Kiong menyebutkan, kata manja sebenarnya adalah sifat setiap anak kecil. Di mana ketika pada usia bayi, seorang anak tidak mau lepas dari gendongan ibunya bisa dibilang manja. "Tentu dengan usia bayi, manja tidak jadi masalah, tetapi seseorang sampai sudah besar atau dewasa masih manja dan tidak mandiri itu berarti tidak normal," kata Melly yang menulis bukunya berdasarkan pengalaman pribadinya itu.
Menurut Melly, masalah yang membuat anak menjadi manja di antaranya karena kondisi dan sikap orangtua. Kenapa kondisi? Sebab, kondisi anak yang hidup dalam lingkungan serba-terlayani dibandingkan dengan kondisi anak yang tidak punya fasilitas dilayani akan berbeda.
"Dan orangtua juga menjadi faktor yang besar karena sering sekali orangtua ?tidak tega' sehingga tidak membiarkan anak untuk belajar mandiri. Dengan begitu anak-anak tumbuh jadi anak manja yang sering tidak bisa apa-apa," ujar Melly.
Melly menuturkan, apabila anak dibiarkan manja tanpa ada tindakan apa pun dari orangtua, maka anak akan sulit mandiri dan ketergantungan kepada orang lain jadi sangat tinggi. "Akibatnya, dari hal tersebut juga anak menjadi kurang bisa berinisiatif. Padahal, mental yang punya inisiatif serta mandiri adalah sikap mental yang sangat dibutuhkan ketika anak itu bekerja nantinya," papar ibu dua anak ini.