Padahal sebagai negara agrikultur, mereka sangat mementingkan sumber air bagi kelangsungan tanaman pertanian dan perkebunan.
Studi terbaru yang diadakan oleh Swedia, AS dan China menunjukkan, jumlah hari dengan intensitas hujan ringan atau kurang dari 0.1 milimeter per hari, menurun 23 persen dari tahun 1956 hingga 2005. Hal itu disebabkan partikel polusi udara mengurangi formasi awan hujan. Demikian keterangan yang dikutip dari AFP, Selasa (1/9/2009).
"Partikel polusi udara yang dinamakan aerosol membuat setiap tetes air hujan menjadi lebih kecil. Hal ini membuatnya sulit mengumpulkan diri dalam awan hujan untuk melepaskan air hujan ke bumi," kata Delian Chen dari Gothenburg University.
China sangat bergantung pada hujan dengan intensitas ringan. Pasalnya, hujan jenis ini sangat mudah diserap tanah. Lain halnya jika turun hujan lebat, air akan tergenang dan menyebabkan erosi tanah atau banjir serta merusak tanaman.
"Kini kita punya lebih banyak bukti bahwa polusi udara tak hanya berdampak buruk pada perubahan cuaca tetapi juga bagi kehidupan pertanian dan ekonomi," kata Chen.