cuplik.com - Jakarta – Di bawah Barack Obama, AS sepertinya mulai mengurangi perannya sebagai polisi dunia. Mereka lebih berkonsentrasi perbaikan ekonomi negaranya. Sebuah jalan terjal, bahkan bisa jadi bumerang bagi Obama.
Di awal pemerintahannya, Obama meluncurkan resep bagi pemulihan krisis di dalam negeri. Namanya paket stimulus. Kongres telah menyetujui hal itu, namun sepertinya justru menjadi api dalam sekam. Sebab, pihak oposisi pun sepertinya justru akan menggunakan kebijakan ini sebagai senjata politik.
Paket stimulus ekonomi itu telah ditandatangai Obama, Selasa (17/2) lalu dengan jumlah US$ 787 miliar (sekitar Rp 9.404 triliun). Senat menyetujui paket ini, dengan perbandingan 60 suara yang setuju dan 38 suara menentang. Tiga suara senator dari Republik bergabung ke kubu Demokrat.
Sebelumnya, parlemen sudah terlebih dulu mengesahkan rancangan ini dengan posisi 246 berbanding 183 tanpa suara dari Republik. Pengesahan ini memberi kemenangan undang-undang yang pertama bagi pemerintahan seumur jagung Obama.
Kubu Demokrat memprediksi paket ekonomi ini akan menyelamatkan dan menciptakan 3,5 juta lapangan kerja. Kebijakan ini juga akan mengurangi pajak gaji US$ 400 per orang, dan US$ 800 untuk pasangan. Pensiunan, veteran cacat perang, dan warga yang tak memiliki gaji akan diberikan tunjangan US$ 250 per orang.
Namun, bukan berarti langkah pemulihan ekonomi ini akan dapat berjalan mulus di tangan Obama. Partai Republik mengkritik anggaran tersebut yang menyebabkan pengeluaran pemerintah terlalu banyak. Paket stimulus itu, dinilai tidak akan cukup membangkitkan perekonomian AS.
Penentangan atas Obama, bahkan juga dilakukan sejumlah calon menteri di kabinet. Mereka mengundurkan diri dengan alasan yang beragam. Di antaranya, dilakukan Senator Republik Judd Gregg asal New Hampshire, yang dicalonkan sebagai menteri perdagangan. Gregg merasa kurang sreg dengan stimulus itu.
Sebelumnya, mantan pemimpin Demokrat di Senat, Tom Daschle juga mengundurkan diri dan digantikan oleh Menkeu Timothy Geithner. Kemudian Gubernur New Mexico juga mengundurkan dari posisi yang sama dengan Gregg. Kini Obama masih harus mencari calon untuk mengisi jabatan Menteri Perdagangan serta Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakat.
Walaupun begitu, pengunduran diri Gregg tak menyurutkan niat Obama untuk membentuk pemerintahan partisan dan menggandeng anggota Partai Republik lainnya. “Mungkin ia hanya mempertimbangkan dua kali untuk meninggalkan kursinya di Senat,” Obama menyimpulkan.
Republik menilai, paket stimulus ekonomi Obama terlalu besar dan mengandung disinsentif pajak yang tidak layak. Hal itu dianggap hanya upaya Obama mengubah kemenangan politiknya pada pemilu lalu menjadi sebuah dominasi politik.
Obama tentu tak diam saja melihat hal itu. Dalam debutnya sebagai Presiden AS, ia mengeluarkan pernyataan dari pesawat kepresidenan Air Force One, dengan mengumpulkan semua anggota DPR dari Demokrat di Virginia. Di sana, ia menyampaikan pidato paling agresif dan partisan sejak dia mulai berkuasa.
Lewat serangan yang berapi-api terhadap Republik, Obama menyatakan bahwa warga AS tidak memilih untuk mendukung teori-teori (ekonomi) yang salah di masa lalu dan mereka juga tidak memilih argumen-argumen palsu dan licik.
Sejumlah pengamat menilai rancangan itu akan membuat AS menjadi jauh berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Sebagian pengamat juga mengatakan Washington tampaknya yakin rancangan itu bisa menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas dan ramah lingkungan.
Niall Ferguson, seorang sejarawan di Universitas Harvard mengatakan, hanya ada dua cara bagi AS dalam hal ini. Yaitu, mencetak uang lagi atau meminjam talangan dana. Namun, dalam situasi resesi seperti ini hampir tidak mungkin melakukan peminjaman luar negeri. Sedangkan mencetak uang lagi juga akan semakin memperkeruh perekonomian AS.
Sementara pengamat internasional Bantarto Bandoro menilai, perlawanan Republik belum cukup kuat untuk menjadi modal senjata menyerang Obama. Sebab, besar tingginya kepercayaan pada Obama tergantung bagaimana publik AS melihat dia mengatasi masalah dalam negeri.
“Terlalu dini, karena Obama belum menunjukkan hal yang dilakukannya. Seandainya stimulus tidak mebawa perubahan, saya pikir Republik akan mengatakan sesuatu yang mengoreksi kebijakan Obama,” paparnya.
Bagaimana reaksi masyarakat AS atas kebijakan Obama? Bantarto menilai, hal itu tergantung cara Obama menangani masalah dalam negeri dan internasional. “Saya pikir kalau berhasil, Republik tidak akan memberi kritikan pedas. Walaupun begitu, Republik punya radar cukup kuat untuk melihat kebijakan Obama direalisasi.