Sesampainya di Bantul, mereka langsung melakukan persiapan. Namun ternyata gaya hidup orang metropolitan yang dibawa dari Jakarta mengusik 'para penghuni' yang berada di lokasi syuting tersebut. Akhirnya satu per satu peristiwa aneh menghampiri para kru film ini, hingga pada puncaknya pemeran utama (Migi) dirasuki oleh roh halus.
Paranormal pun didatangkan untuk membantu mengusir roh halus ini. Namun sayangnya mereka gagal, karena 'para penghuni' yang ada di lokasi tersebut keburu 'marah' sehingga situasi pun menjadi lebih buruk. Malah pemeran utama yang telah kerasukan roh halus menghilang tanpa jejak.
KERAMAT memang bukan debut Monty Tiwa dalam membesut film horor. Namun, Monty menyuguhkan hal yang berbeda yang belum pernah ada film nasional lainnya. Monty menggunakan pendekatan kamera subyektif. Jika Anda pernah menonton film CLOVERFIELD, yang juga menggunakan kamera subyektif, maka KERAMAT pun menggunakan metode yang sama.
Jika tidak terbiasa, memang tidak nyaman. Karena kamera yang tidak stabil, bergoyang-goyang mengikuti gerak si pembawa kamera. Selain itu hal yang cukup berani dilakukan Monty adalah film ini dibuat tanpa skenario. Monty hanya melakukan briefing kepada para pemain 15 menit sebelum pengambilan gambar. Hal ini dilakukan untuk menampilkan film horor yang berbentuk reality show.
Ide yang berbeda ini sayangnya kurang berhasil diterapkan di film produksi Starvision Plus ini. Karena tanpa skenario, maka yang terlihat adegan-adegan yang kurang mengena. Ditambah lagi dengan kamera subyektif, bagi yang tidak biasa, siap-siap menjadi pusing setelah menyaksikan film ini.