Cuplik.Com - Siapa yang tak kenal nasi uduk? Butiran nasinya yang gurih menebarkan aroma wangi ini, paling enak disantap bersama sepotong ayam goreng, empal, dan guyuran sambal kacang yang pedas gurih. Seruputan bansus hangat menjadi ending yang pas di tengah sejuknya udara malam kota Bogor!
Sore mulai menjelang saat saya dah teman-teman menyusuri Jl. Pahlawan, kawasan Empang Bogor. Belum lagi cuaca yang sedikit mendung sore itu, membuat kami sedikit cemas saat warung makan tujuan kami belum lagi terlihat.
Sudah agak lama kami tak menyambangi daerah Empang yang selalu padat dan macet. ’Warung 'Nasi Uduk Bansus' yang terletak sebelum lampu merah Empang. Penjual nasi uduk ini biasa berjualan sekitar jam 5 sore hingga malam. Tempatnya tak mewah, melainkan hanya sebuah warung tenda sederhana yang menempati emperan sebuah toko yang tutup di sore hari.
Tak lama spanduk besar yang menutupi warung bertuliskan 'Nasi Uduk Bansus' mulai terlihat dari arah jalan raya. Merekahlah senyum kami, karena lezatnya nasi uduk dan hangatnya bansus sudah terbayang di pelupuk mata. Hmm... sedapp! Rada aneh memang, mencari nasi uduk Betawi di kota Bogor.
Ketika memasuki warung tenda, wuihh... hampir semua kursi plastik yang mengelilingi meja besar berisi aneka lauk-pauk terisi oleh pengunjung. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua tampak sedang asyik menikmati nasi uduk. Beberapa di antaranya sedang asik menghirup segelas bansus hangat.
Tanpa membuang waktu kami langsung menyerbu nasi uduk yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk kerucut. Saat dibuka aroma wangi sereh dan daun pisang langsung menggelitik hidung hmm... harum. Yang saya suka di warung ini, lauk pauk seperti empal goreng, paru goreng, sate jengkol, bakwan, bacem, sate usus, ditaruh dalam wadah dari stainless steel yang apik. Untuk menjaga kebersihan wadah-wadah berisi makanan tadi ditutup dalam plastik transparan.
Kalap melihat lauk-pauk yang serba menggiurkan, saya pun menambahkan setusuk satai telur, empal, paru, dan tempe bacem. Yang istimewa menurut saya di warung ini gurihnya nasi uduk pas tak berlebih. Porsinya juga sesuai dengan perut, tidak terlalu banyak atau sedikit. Gaya penyajiannya tak jauh beda dengan nasi uduk Tanah Abang.
Belum pas rasanya jika menikmati nasi uduk ini tanpa sambal kacang. Daging empal makin enak setelah dicocolkan sambal kacang yang rasanya gurih, sedikit manis dan pedas. Hmm... sedapp! Apalagi sambalnya tidak digerus terlalu halus, sehingga masih terasa krenyes-krenyes cincangan kasar kacang saat dinikmati. Warnanya kemerahan dengan rasa cabai yang lumayan menggigit membuat titik keringat mulai bermunculan. Paru gorengnya juga bisa diacungi jempol, meskipun rasanya sedikit cenderung manis.
Untuk menikmati nasi uduk ini memang akan semakin sedap jika disantap menggunakan tangan. Buat penyuka jengki alias jengkol, jangan lupa cicipi sate jengkolnya yang terkenal jauh dari bau tak sedap. Tak heran kalau sate jengkol menjadi salah satu menu yang paling dicari.
Setelah perut kekenyangan, segelas bansus hangat sudah menunggu. Bansus ini merupakan pendamping nasi uduk yang tak boleh dilewatkan. Slurpp... tambahan susu rupanya membuat rasa bandrek yang pedas menjadi sedikit berkurang. Hmm... nikmat hangat menjalar ke seluruh tubuh, sungguh menjadi ending yang luar biasa nikmat.
Sebungkus nasi uduk dihargai Rp 3.500, empal dan paru masing-masing Rp 8.000,00, dan bacem Rp 2.000,00. Cukup murah bukan Nah, buat yang ingin berwisata kuliner di Bogor jangan hanya melulu mencicipi soto Bogor atau roti unyil. Sesekali mampirlah menikmati nasi uduk plus bandrek susu yang lezat sekaligus murah meriah ini!