Bukan saja gabah yang memiliki kualitas bagus yang dihargai mahal, padi yang terserang organisme pengganggu tanaman pun dihargai relatif mahal. Harga gabah kering panen (GKP) yang terserang OPT rata-rata mencapai Rp 2.600 sampai Rp 2.700 per kg. Harga tersebut, masih lebih tinggi dari HPP GKP yang hanya Rp 2.400 per kg.
Harga gabah diprediksi akan semakin tinggi hingga berakhirnya musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi pada akhir November. Meski senang dengan kenaikan harga gabah di tingkat petani, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kab. Cirebon Tasrip Abu Bakar, tetap prihatin kegembiraan tersebut tidak bisa dinikmati oleh semua petani.
Menurut Tasrip, kenaikan harga gabah terjadi bersamaan dengan semakin sedikitnya areal panen, sehingga kenaikan harga tersebut hanya dirasakan oleh petani yang masih memiliki padi. "Kami tentu gembira dan senang dengan kenaikan harga gabah yang dirasakan petani. Cuma sayang tidak semua petani bisa menikmati hasil itu," ujarnya.
Diakui Tasrip, ada juga petani yang memilih untuk menjual gabah seperlunya saja dan menyimpan sisa gabahnya untuk dijual pada saat harga tinggi. Namun katanya, jumlah petani yang memiliki kemampuan seperti itu sangat sedikit.
Dikatakan Tasrip, selain areal panen tinggal sedikit, mahalnya harga gabah juga disebabkan tingginya kualitas gabah saat musim gadu kali ini. Selama musim gadu, gabah bisa dijemur dengan baik hingga kadar airnya sedikit.