cuplik.com - JAKARTA, Industri pasar modal Indonesia
masih kekurangan pialang atau wakil perantara pedagang efek, dari kuantitas ataupun kualitas. Hal ini menjadi salah satu kendala pengembangan industri pasar modal Indonesia.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Wakil Perantara Pedagang Efek Indonesia (AWP2EI) Haryajid Ramelan di sela-sela rapat umum anggota AWP2EI, Jumat (20/2) di Jakarta, saat ini pemegang izin Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) yang bekerja di industri pasar modal
Indonesia sekitar 500 orang.
Jumlah tersebut relatif minim dibandingkan investor pasar modal Indonesia yang berjumlah sekitar 350.000 orang. Adapun jumlah perusahaan sekuritas kini sekitar 200 perusahaan.
”Untuk saat ini saja sudah kurang, apalagi ke depan. Kami melihat, industri pasar modal kita akan terus berkembang sehingga butuh sumber daya manusia yang lebih, kuantitas maupun kualitas,” katanya.
Menurut Haryajid, sebenarnya minat masyarakat Indonesia menjadi pialang ataupun tenaga pemasaran di perusahaan sekuritas cukup besar.
Hal itu terbukti dari jumlah masyarakat yang lulus ujian sertifikasi WPPE, yaitu 10.000 orang. Dari jumlah tersebut, 3.000 orang di antaranya telah mendapat izin WPPE dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Namun, sebagian besar dari mereka yang sudah lulus ujian ataupun telah mendapat izin WPPE tidak bekerja di industri pasar modal, tetapi di sektor lain, seperti perbankan dan asuransi. Bahkan, banyak juga yang masih menganggur.
Untuk mengakomodasi dan mengajak mereka kembali berkecimpung di industri pasar modal, AWP2EI menandatangani kerja sama dengan Asosiasi Analis Efek
Indonesia (AAEI), Jumat.
Wakil Sekretaris Jenderal AAEI Pardomuan Sihombing mengatakan, AAEI akan mengadakan sejumlah pendidikan dan pelatihan lanjutan bagi mereka yang telah lulus ujian sertifikasi WPPE.
Pendidikan dan pelatihan lanjutan itu untuk menyegarkan kembali ingatan dan pengetahuan peserta yang telah lulus ujian WPPE terhadap perkembangan industri pasar modal.
Penyegaran itu meliputi pengenalan produk-produk pasar modal, peraturan, tata cara perdagangan saham, serta hal-hal yang lebih teknis, seperti bagaimana melakukan riset atau analisis fundamental dan teknikal.
”Melalui penyegaran itu, diharapkan peserta akan kembali tertarik untuk bekerja di industri pasar modal Indonesia,” kata Pardomuan.
Sebelumnya, Haryajid yang terpilih menjadi Ketua Umum AAEI mengatakan, pasar modal Indonesiajuga kekurangan analis efek atau saham.
Dijelaskan, dari sekitar 900 analis yang dibutuhkan, saat ini pasar modal di
Indonesia hanya memiliki sekitar 250 analis yang sekitar 150 di antaranya tergabung dalam AAEI.
Bursa Efek Indonesia sejak tahun lalu mempersiapkan pembukaan Sekolah pasar modal setingkat perguruan tinggi. Sekolah pasar modal yang rencananya dibuka pada tahun ini akan membuka program pendidikan diploma satu sampai sarjana.
Sekolah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia pasar modal pada masa yang akan datang.