Pahlawan, dalam konteks masyarakat Indonesia identik dengan pejuang kemerdekaan, orang yang gagah berani, pecinta Tanah Air, dan identik dengan pengorbanan nyawa. Dengan mengusung konsep pahlawan Eropa di pertengahan zaman, Patricia berhasil meraih juara pertama dari lima siswa terbaik lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo (LPTB Susan Budiharjo) tahun 2009.
"Saya ingin bikin sesuatu yang enggak biasa saja. Bahan-bahan rancangan saya pakai yang murah meriah, tapi bahannya kaku seperti jins, drill. Semua bahan yang keras agak sulit dijahitnya, harus dengan jarum yang agak besar. Seluruh proses pengerjaannya selama enam bulan," tutur Patricia saat berbincang dengan okezone usai pergelaran busana karya para siswa lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo (LPTB Susan Budiharjo) 2009, di The Hall?Senayan City, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Wanita kelahiran 19 Oktober 1984 ini mengaku, seluruh buah karyanya terinspirasi warrior dari sejarah, serta gambar-gambar pahlawan Eropa.
Desain yang tampak provoaktif dan mencerminkan kekebasan bereksperimen terlihat dari rancangan Patricia.
"Warrior itu sebenarnya melindungi. Benang merahnya, pada dasarnya menutupi muka. Insipirasi saya dapatkan dari pahlawan di Eropa zaman pertengahan. Bentuk-bentuknya kaku, banyak sudutnya. Warna yang dipilih agak dark. Karena pahlawan zaman dahulu menceritakan tentang sebuah pembelaan terhadap kaum miskin yang ada di Eropa. Tapi mereka berasal dari kaum bangsawan, makanya dibikin detailnya warnanya gold. Kontras antara lambang kemakmuran dan kemiskinan," jelas alumni Fakultas Hukum UI angkatan 2002 ini.
Pemakaian kain keras, kawat, serta balen tak luput dari komponen rancangan Patricia. Lantas, saat ditanya mengenai kaitannya dengan green sebagai tema yang diangkat LPTB Susan Budiharjo, Patricia pun unjuk bicara.
"Saya hanya ambil kaitannya dengan warna saja, green. Kenapa saya enggak ambil hijau muda seperti teman-teman saya yang lain? Karena balik lagi pada konsep saya, pada zaman itu memang agak suram," ungkapnya.
Dengan konsep tersebut, Susan Budihardjo pun turut memaparkan penilaiannya.
"Konsep dari Patricia bagus dan kuat. Terkadang ada satu antara tiga rancangan siswa lainnya yang bagus, tapi kreativitasnya kurang. Ada juga yang kreativitas, teknik, dan desainnya bagus, keren, tapi pemilihan bahan salah. Jahitnya berantakan, jadi enggak enak dilihat. Tapi rancangan Praticia, memiliki konsep yang kuat sekali," tandas wanita 59 tahun itu.