Jakarta: Penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat (6/11) diperkirakan akan tertahan. Hal ini seiring penguatan dolar AS yang sudah memasuki masa jenuh jual (oversold).
Analis valas OCBC NISP Suryanto Chang mengatakan, rupiah hari ini akan bergerak pada level konsolidasi sehingga penguatannya akan tertunda. Hal ini mengingat dolar AS sudah memasuki area oversold akibat trend pelemahan yang berkepanjangan.
“Rupiah cenderung konsolidasi sehingga akan bergerak di kisaran 9.475-9.525 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (5/11) sore. Menurutnya, penguatan dolar terjadi bukan akibat keputusan bank sentral AS The Fed yang mempertahankan suku bunganya di level rendah.
Pasalnya, pasar sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya. Penguatan dolar lebih disebabkan faktor technical oversold. “Seharusnya justru dolar AS itu melemah lagi, karena investor masih mengalihkan dana mereka ke emerging market,” ulasnya.
Suryanto pun menilai, rupiah saat ini masih berpeluang menguat didukung membaiknya kondisi perekonomian global, yang memicu peningkatan risk appetite. Dana akan keluar untuk mencari imbal hasil yang tinggi. BI tampaknya akan mempertahankan suku bunganya di level 6,5%.
“Level ini saja sudah menarik ketimbang imbal hasil yang diberikan bank negara lain. Apalagi jika BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka akan menjadi lebih menarik,” ucapnya.
Di sisi lain, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian K memperkirakan rupiah hari ini akan melemah, seiring aksi profit taking terhadap mata uang RI itu. “Rupiah akan bergerak pada kisaran 9.600-9.470,” jelasnya.
Menurutnya, rupiah seharusnya menguat seiring pelemahan dolar AS. Namun, aksi profit taking terhadap rupiah membuat mata uang RI ini kembali melemah. “Level 9.630 akan menjadi penahan pelemahan rupiah,” ujarnya.
Adapun dolar AS melemah, mengingat rata-rata tingkat pengangguran AS masih tinggi di kisaran 9,9% dan sentimen negatif dari kebangkrutan bank UKM terbesar AS, CIT Group. Hal ini ditambah perbankan di Inggris yang masuk dalam skema penyelamatan pemerintah negara itu.
Ia pun memprediksikan, koreksi rupiah tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, saat mata uang domestik ini melemah dan mencapai level 9.630 per dolar AS, para investor akan melakukan aksi ambil untung. “Sehingga rupiah akan kembali menguat ke arah 9.500 dan 9.410,” pungkasnya.
Kurs rupiah di pasar sport valas antar bank Jakarta, Kamis (5/11) melemah 10 poin (0,10%) terhadap dolar AS menjadi 9.500/9.510.