Cuplik.Com - JAKARTA--Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) komitmen mengentaskan buta aksara di Tanah Air, melalui program pendidikan luar sekolah (PLS) kejar paket A, B, dan C, serta keaksaraan fungsional. Ini ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa dalam perbincangan dengan Republika di Jakarta, Senin (30/11).
Dikatakan Khofifah bahwa kebodohan dapat mempengaruhi angka kemiskinan dan mendorong kekhufuran. ''Sebenarnya pemberantasan buta aksara sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan melalui Bagian Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Yakni dengan melakukan gerakan Pemberantasan Buta Huruf atau Kursus ABC,'' katanya. Ia mengakui kendati Indonesia sudah merdeka 62 tahun, tetapi masih banyak masyarakatnya yang buta huruf.
Muslimat NU adalah organisasi wanita dibawah naungan Nahdlatul Ulama, pada awalnya organisasi ini dibentuk sebagai kelompok dalam NU pada 29 Maret 1926. Sejak terbentuknya organisasi ini, Muslimat NU telah memiliki jaringan di seluruh kawasan Indonesia termasuk 30 kantor propinsi, 350 cabang di tingkat kabupaten/kota, serta 2650 di tingkat kecamatan. Semuanya ini mencakup 15 juta anggota wanita dari berbagai lapisan sosial ekonomi, yang sebagian besar dari golongan akar rumput.
Saat ini organisasi masyarakat ini memiliki 56.000 warga belajar keaksaraan fungsional. Juga 9.800 taman kanak-kanak (TK) dan 11.900 taman pendidikan Alquran (TPA), 2.224 pendidikan anak usia dini (PAUD), 32 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai pelosok Tanah Air. ''Bahkan untuk TK kami sudah mendirikan sejak tahun 1963 dan PAUD tahun 2004,'' tuturnya.
Sementara di bidang kesehatan, organisasi masyarakat (ormas) ini memiliki 57 rumah sakit/rumah bersalin (RB). Di Bidang sosial memiliki 102 panti asuhan, dan di bidang ekonomi terdapat 131 koperasi primer yang sudah berbadan hukum. ''Kemudian di bidang dakwah, kami memiliki 35.000 kelompok majelis taklim. Sedang untuk membantu penyediaan tenaga terampil, kami memiliki 10 Balai Latihan Kerja (BLK),'' katanya pada //Republika//.
Bagi korban bencana di Padang dan sekitarnya, Muslimat NU juga memberikan program trauma healing pasca gempa di Padang Pariaman dan kota Pariaman. ''Tim kami sudah lima kali ini ke Sumbar dalam upaya melakukan program tersebut,'' katanya. ''Kami juga akan membangun gedung PAUD Muslimat di nagari Sunur Padang Pariaman yang rusak parah akibat gempa. Tahun 2008 lalu, PAUD ini terpilih oleh Diknas sebagai PAUD terbaik nasional,'' jelas Khofifah.
Muslimat NU menurut Khofifah juga tengah aktif pada Millennium Challenge Corporation Indonesia Immunization Project (MCCI/IP). ''Program ini adalah untuk meningkatkan indikator Cakupan Imunisasi di Indonesia, berdasarkan tolok ukur imunisasi DPT dan Campak, menjadi 80.5% atau lebih tinggi, melalui peningkatan cakupan imunisasi anak-anak secara cepat. Hal ini akan dicapai dalam waktu 2 tahun,'' kata Khofifah. Sesuai rekomendasi Departemen Kesehatan (DepKes), MCCI/IP bekerja di 7 Provinsi dengan jumlah populasi anak tertinggi dan cakupan imunisasi rendah yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Utara dengan Kabupaten/Kota yang telah diseleksi.
''Dengan keterlibatan Muslimat NU dalam program ini, upaya peningkatan cakupan imunisasi lewat peningkatan pemahaman terhadap imunisasi di kalangan wanita khususnya anggota Muslimat bisa dilaksanakan dengan fokus dan efektif,'' papar Khofifah.