Ini seperti yang terlihat Sabtu (26/12). 'Sinterklas' tersebut jalan-jalan di jalur kedatangan wisatawan menuju bangunan Candi Borobudur. Sesekali 'Sinterklas' tersebut juga menyerahkan bingkisan kepada pengunjung yang beruntung. "Untuk menyerahkan bingkisan tersebut, 'Sinterklas' juga dibantu beberapa ekor gajah," kata Pudjo Suwarno SH, Kepala Unit TWCB, kepada pers.
Yang tidak kalah menariknya, di bagian kepala kelima gajah juga diberi kain merah. Para pawangnya, juga mengenakan baju warna merah dan topi mirip topinya 'Sinterklas'. Kelima gajah tersebut, yakni Bona, Seila, Echa, Lisi dan Moli, sesekali mempertontonkan kemahirannya dalam beratraksi, baik berupa memneri hormat kepada pengunjung, duduk santai, mengangkat kedua kaki depannya, mengambil topi yang sengaja dilempar pawangnya maupun lainnya.
Dari beberapa pawang gajah tersebut, ada beberapa orang diantaranya perempuan. Mereka adalah wati, Heni dan Yuni. Penampilan mereka di atas gajah juga tidak kalah dengan penampilan pawang laki-laki. Gajah yang mereka 'kendalikan' juga nampak patuh atas semua perintahnya. Kepada wartawan yang menemuinya, wati diantaranya mengatakan ia membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk dapat menjadi 'pawang' gajahnya. Untuk seharinya, kadang sekitar 20 pengunjung yang naik ke punggung gajah Echa yang dikendalikan untuk berjalan-jalan di sekitar jalur kedatangan pengunjung candi Borobudur.