Seperti dikatakan koordinator aksi, Widihasto, apa yang dilakukannya bersama masyarakat yang lain, merupakan penghormatan terakhir bagi tokoh yang dianggap sebagai bapak bangsa ini. Baginya, figur Gus Dur tidak akan tergantikan oleh siapapun.
“Beliau merupakan tokoh perubahan, tokoh multikultur yang menjung tegaknya demokrasi di negeri ini. Banyak yang telah Gus Dur ajarkan bagi bangsa ini,” kata Widihasto.
Aksi kali ini, kata Widihasto, merupakan kegiatan yang spontan dilakukan warga Yogyakarta untuk mengantarkan mendiang Gus Dur menuju ke peristirahatan terakhir. Sedangkan dipilihnya Tugu Yogyakarta sebagai tempat berkumpul, lantaran tempat ini merupakan tempat yang dianggapnya bisa mempersatukan bangsa ini, seperti halnya teladan Gus Dur.
“Kami tidak bisa memberikan apa-apa, hanya inilah yang bisa kami lakukan sebagai bentuk pernghormatan terakhir kami kepada Gus Dur. Warga yang datang kemari atas dorongan hati mereka pribadi untuk bersama-sama mendoakan Gus Dur,” tambahnya.
Selain menaburkan bunga dan menyalakan seribu lilin, aksi ini juga diisi dengan pembacaan doa yang dipimpin Prof M Maksum yang juga merupakan tokoh Nahdatul Ulama (NU) di kota ini. Dalamn doa yang dipimpinnya, M Maksum mengajak semua elemen bangsa ini untuk mendoakan kepergian Gus Dur serta mengenang selalu jasa baiknya untuk bangsa dan umat.